MAKALAH
SOSIOLOGI PERTANIAN
“ASPEK-ASPEK
EKONOMI PERTANIAN”
OLEH:
MASHFUFATUL ZULAIKHA (1410401031)
PROGRAM STUDI S1 AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah sosiologi pertanian tepat pada waktunya. Penulisan
laporan ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pertanian pada
tahun ajaran 2014/2015.
Terselesaikannya
makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Ir. Gembong
Haryono, M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tidar.
2.
Ir. Rahayu Sarwitri,
M.P., selaku Dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Pertanian Universitas Tidar.
3.
Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu,
dalam penu-lisan makalah sosiologi pertanian.
Besar harapan
penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi
semua pihak dan masyarakat luas yang membaca pada umumnya.
Magelang, Juni
2015
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar
ii
Daftar Isi
iii
Bab I: PENDAHULUAN
1
A. Latar
Belakang
1
B. Perumusan
Masalah
2
C. Tujuan
2
Bab II: PEMBAHASAN
3
A. Ekotipe-ekotipe Paleoteknik
3
B. Sistem
Tanam Padi-padian Eurasia
5
C. Ekotipe-ekotipe
Neoteknik..............................................................................5
D.
Disposisi Surplus Petani ..................................................................................6
E.
Penyedian Barang dan Jasa
Komplementer
6
F.
Tipe-tipe Domain
7
Bab III: PENUTUP
8
A.
Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................9
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia
merupakan suatu negara agraris atau pertanian karena sebagian besar
penduduk Indonesia mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian atau
bercocok tanam. Dimana Indonesia sejak
masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor
pertanian, karena sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan
pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah
Indonesia. Sektor ini juga perlu menjadi salah satu komponen utama dalam
program dan strategi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Terlebih
lagi sistem ekonomi di perdesaan ternyata masih mengandalkan produksi pertanian
sebagai sumber utama dengan sektor industri kecil sebagai penambahnya.
Ekonomi
pertanian merupakan motor penggerak dan juga penentu keberhasilan dalam upaya
pembangunan pertanian. Jika kita berbicara mengenai bagaimana ekonomi
petani pedesaan ada tiga bagian persoalan yang akan dimunculkan yaitu pertama
adalah sistem terpenting untuk memperoleh makanan dan keuntungan dari tanah petani
yang mereka miliki, kedua bagaimana cara-cara petani untuk mendapatkan barang
dan jasa yang tidak mereka hasilkan sendiri, dan yang ketiga berkaitan dengan
antara kaum tani dan mereka yang memperoleh nafkah hidup dari kegiatan-kegiatan
petani itu sendiri.
Petani
mempunyai strategi untuk mendapatkan barang dan jasa yang tidak mereka hasilkan
sendiri. Dalam kehidupan rumah tangga petani ada banyak hal yang harus
diperhatikan, yakni: kebutuhan akan kehidupannya, persoalan yang muncul dalam
pergantian penerus generasi dan upacara serimonial. Kaum tani pun menyesuaikan
diri dengan keadaan ekologis, untuk mendapatkan seperangkat pengalihan makanan
dan alat-alat dalam menggunakan sumber energi organik di proses
produksinya.Kedua perangkat tersebut secara bersamaan membentuk satu sistem
pengalihan (transfer) energi dari lingkungan (ecotype) kepada
manusia.
B.
Perumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan ekotipe-ekotipe paleoteknik?
2.
Bagaimana sistem tanam padi-padian Eurasia?
3.
Apa yang dimaksud ekotipe-ekotipe neoteknik?
4.
Bagaimana penyediaan barang dan jasa komplementer?
5.
Apa yang dimaksud dengan disposisi surplus petani?
6.
Apa saja tipe-tipe domain?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui penjelasan tentang ekotipe-ekotipe paleoteknik.
2.
Untuk mengetahui bagaimana sistem tanam padi-padian eurasia.
3.
Untuk mengetahui penjelasan tentang ekotipe-ekotipe neoteknik.
4.
Untuk mengetahui bagaimana penyediaan barang dan jasa komplement.
5.
Untuk mengetahui tentang disposisi surplus petani.
6.
Untuk mengetahui apa saja tipe-tipe domain.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ekotipe-ekotipe Paleoteknik
Sistem ekonomi
masyarakat di perdesaan tidak dapat dilepaskan dari kedudukannya sebagai petani
yang melakukan kerjasama dengan alam. Dalam konteks ini kemudian dikenal
istilah ekotipe. Ekotipe adalah sistem pengalihan energi dari lingkungan kepada
manusia. Ekotipe pun dibagi menjadi dua, yaitu ekotipe paleoteknik
dan ekotipe neoteknik.
Ekotipe
paleoteknik merupakan ekotipe yang menggunakan tenaga manusia dan
hewan. Dimana pencocok tanam (cultivator) dan bukan pencocok tanam hidup dari
hasil tanaman yang sama. Jenis ekotipe ini merupakan pengolahan tanah yang
terlahir langsung saat Revolusi Pertaniaan Pertama. Kriteria utama
mengenai ekotipe-ekotipe petani paleoteknik itu sendiri adalah tingkat
penggunaan sebidang tanah tertentu dalam perjalanan waktu tertentu.
Perbedaan pokok antara
ekotipe-ekotipe itu dapat dinyatakan berdasarkan luas tanah yang digunakan.
Dengan demikian bagaimana para petani dapat menggunakan tanah dengan
sebaik-baiknya dan akan lebih baik apabila petani mampu menjadikan
sebidang tanah dengan penghasilan yang baik dalam jangka waktu yang
singkat pula.
Ada beberapa bentuk
ekotipe paleoteknik yang utama antara lain :
1. Sistem
berladang (swidden system)
Adalah suatu sistem
tanam dimana tanah yang tandus dibiarkan saja dalam jangka waktu
tertentu, kemudian bercocok tanamnya menggunakan tajak atau
cangkul. Ladang berpindah atau swiddenagriculture adalah
kegiatan manusia yang dilakukan selama beribu-ribu tahun. Beberapa
masyarakat adat kita masih menggunakan teknologi ini sebagai bagian dalam
memanfaatkan lahan yang ada di sekitar mereka untuk bertanam padi
atau berkebun. Dalam sistem berladang membuka tanah dikaitkan dengan
pembakaran hutan. Setelah ladang dipakai, dan tidak subur lagi, mereka
akan meninggalkan daerah tersebut dan menuju ladang lain yang pernah dibuka
sebelumnya. Bagi mereka, membuka lahan yang sudah pernah dibuka
sebelumnya jauh lebih mudah. Kayu hutan sekunder secara logika memang lebih
lunak dari hutan primer. Ladang-ladang yang ditinggalkan dibiarkan terus hingga
menjadi hutan sekunder dengan pohon tumbuh berdiameter sekitar 05-07 m (Dyson,
1995).
Hasil pembukaan ladang
dengan cara membakar lokasi juga menimbulkan dinamika tersendiri pada
pembentukan komunitas fauna tanah. Pada ladang yang sedang mengalami suksesi,
jenis detritivor banyak ditemukan. Kondisi tersebut wajar mengingat lahan
suksesi tinggi tingkat mortalitasnya akibat pergantian rezim tanaman yang ada
(Sulistyaningtyas, 1995).
Ternyata, membuka
peladangan dengan system swidenagriculture mampu membuat hutan
mengalami regenerasi dengan baik bila dilakukan dengan benar. Hutan menjadi
bervariasi, kaya akan jenis sesuai dengan teori intermediate level
disturbance. Permasalahan yang timbul adalah bila yang melakukan tidak
mengetahui kearifan lokal.Mereka tidak punya pengetahuan tentang tipe
lahan yang cocok dan akibatnya asal membuka lahan. Sering kali timbul
kebakaran besar bila lahan gambut yang dibuka,
atau kehancuran total bila lahan hutan kerangas yang dibuka. Hutan tidak
bisa kembali ke kondisi stabil dan cenderung menjadi daerah
alang-alang atau menjadi semi gurun, bahkan gurun.
2. Sistem
tanam sebagian (sectorial following system)
Adalah suatu sistem
tanam dimana tanah yang akan ditanami dibagi dua bagian atau lebih, dan
ditanami selama dua sampai tiga tahun lalu dibiarkan kosong selama tiga sampai
empat tahun. Sistem tanah sebagian ini sering kali dijumpai di Afrika
Barat dan pegunungan Meksiko.
3. Sistem
tanam bergilir dengan siklus singkat (shorterm following system)
Adalah suatu sistem
tanam dimana tanah ditanami selama satu sampai dua tahun, lalu untuk menanam
kembali harus dibiarkan kosong terlebih dahulu selama satu tahun.
4. Sitem
tanah permanen (permanent cultivation)
Adalah suatu sistem
tanam yang berkaitan dengan teknik-teknik yang menjamin penyediaan air yang
permanen bagi tanaman yang sedang tumbuh (sistem hidrolik). Sistem itu
dinamakan sisitem hidrolik oleh karena ketergantunganya kepada pembangunan
sarana-sarana pengairan. Misalnya, pada mediterania dan transalpina.
5. Penanaman
permanen lahan-lahan pilihan (permanent cultivation of favored plots)
Adalah penanaman
permanen lahan-lahan pilihan, dengan
satu jalur tanah di daerah belakang yang dapat dimanfaatkan secara sporadis.
Berdasarkan
beberapa ekotipe-ekotipe paleoteknik diatas sebenarnya kita dapat mengambil
kesimpulan beserta opini bahwa seharusnya para petani sudah mampu mengelola
tanahnya dengan baik dan nantinya juga dapat memperoleh hasil yang maksimal
pula, sehingga kebutuhan ekonomi mereka akan terpenuhi. Karena dengan adanya
ekotipe-ekotipe diatas petani sudah bisa membedakan mana yang cocok dan tidak
untuk mereka jadikan patokan untuk bertani.
B.
Sistem Tanam Padi-padian Eurasia
Lingkungan alam di
dunia dan faktor-faktor sosial ekonomi menentukan jenis perbedaan
keragaman dalam sistem tanam. Selain mencerminkan pemanfaatan berbagai lahan
pertanian yang berbeda sebagai sistem bera, sistem rekreasi, sistem pertanian berturut-turut,
sistem pertanian intensif bertahan, tetapi juga sesuai dengan standar yang
berbeda dibagi menjadi beberapa jenis.
Pengolahan tanah dalam
sistem tanam padi-padian Eurasia berkaitan dengan produksi padi-padian
dan hewan ternak, misalnya sapi, kerbau, dll. Hewan ternak dianggap
sebagai leluhur yang sesungguhnya dari mesin-mesin modern. Hal ini karena hewan
ternak mempunyai peranan yang sangat penting dan sangat menguntungkan bagi
daerah-daerah yang memiliki sedikit tenaga kerja di sektor pertanian. Tenaga
kerja hewan ternak digunakan untuk pengolahan tanah dan angkutan,
karena kemampuannya sebagai tenaga kerja penarik bajak tidak diragukan lagi.
Selain itu, kotoran yang dihasilkan dapat berfungsi sebagai pupuk kandang
pengganti anorganik. Penggunaan hewan-hewan peliharaan yang besar seperti sapi
jantan atau kuda dalam pertanian sangat memperbesar energi mekanis yang
tersedia bagi mereka yang dapat memasang hewan-hewan itu pada bajak atau
peralatan lainnya. Dalam hal ini sapi jantan dan kuda berfungsi sebagai mesin
organik. Konsekuensinya adalah bahwa manusia dapat menundukkan daerah-daerah
yang lebih luas dan tentunya juga harus dengan pertimbangan yang lebih matang,
tentang bagaimana menjalankan proses tersebut dengan tepat guna. Peranan binatang kecil seperti semut dan
cacing juga tidak dapat diabaikan. Cacing misalnya, berperan dalam proses
pembusukan sisa makanan menjadi bahan organik. Tetapi,juga tak dapat dipungkiri
bahwa ada kalanya binatang menjadi musuh petani seperti tikus sawah dan
babi hutan yang kerapkali merusak tanaman.
C.
Ekotipe-ekotipe Neoteknik
Ekotipe
neoteknik merupakan ekotipe yang sangat bergantung pada energi yang
berasal dari bahan bakar dan ketrampilan yang berasal dari
pengetahuan. Jenis ekotipe ini merupakan Revoluis Pertanian Kedua yang
lahir di Eropa, dan berlangsung sejalan dengan Revolusi Industri dalam abad
ke-18.
Pertanian ekotipe ini
dipengaruhi oleh kemajuan revolusi
pertanian kedua yang ditandai oleh :
a. Pengolahan
lahan pertanian sepanjang tahun yang dibantu oleh pengembangan rotasi tanaman
dan penggunaan pupuk buatan.
b. Perbaikan mutu
tanaman dan ternak.
c. Didatangkannya
tanaman baru dan kecenderungan spesialisasi regional untuk tanaman-tanaman
tertentu.
d. Digunakan mesin
baru.
Bentuk utama ekotipe neoteknik adalah :
a. Specialized
Horticulture, yaitu hortikultura yang dispesialisasikan, dengan bercirikan
produksi hasil kebun anggur diatas lahan yang dipelihara secara permanen.
b. Dairy farm,
yaitu perusahaan susu, dengan bajak dan siklus rotasi lahan yang pendek.
c. Mixed
farming, yaitu pertanian campuran, dimana petani memelihara hewan ternak
dan bercocok tanam untuk tujuan yang bersifat komersial.
d. Crops of the
topic, yaitu hasil perkebunan daerah tropis, misalnya kopi, tebu atau
coklat, dll.
D.
Penyediaan Barang dan Jasa
Komplementer
Bagian lain yang
menguhubungkan produsen dan konsumen adalah adanya penyediaan barang dan jasa.
Penyediaan barang dan jasa komplementer, dilakukan oleh :
1. Sectional
markets (pasar seksional), yaitu pasar yang terdiri dari
kelompok-kelompok yang terdapat di luar pasar, tapi dalam satu jaringan
pertukaran menjadi satu bagian, dan tindakan pertukaran menghubungkan bagian
satu dengan bagian lain. Dalam pasar seksional, segala sesuatu yang dibawa
produsen ke pasar ditentukan oleh monopoli-monopoli tradisional
komunitas-komunitas dimana mereka menjadi anggotanya.
2. Network
markets (pasar jaringan), yaitu jenis pasar yang tidak tergantung
kepada interaksi tradisonal antara monopoli-monopoli berdasarkan kebiasaan
dalam suatu sistem regional yang tertutup. Dalam pasar jaringan, setiap orang
dihubungkan dengan orang lain dalam satu jaringan.
E.
Disposisi Surplus Petani
Sistem pasar pada
akhirnya mendominasi masyarakat secara keseluruhan, ia juga membuyarkan
monopoli kelompok yang berada pada tingkat setempat, apakah yang terkandung
dalam hubungan-hubungan patron klien ataupun dalam pengaturan yang
dipertahankan dalam pasar seksional. Disini, sistem pemasaran melakukan
penetrasi kedalam komunitas, dan mengubah semua hubungan menjadi hubungan
kepentingan tunggal (single interest relations) individu-individu yang menjual
barang.
Pasar pada
akhirnya tidak saja dapat mempengaruhi dana dan keuntungan
petani, akan tetapi juga dana sewa tanahnya, dan melalui kedua dana itu
mempengaruhi keseimbangan yang rapuh antar dana-dana subsistensi, penggantian,
dan seremonial. Mekanisme pasar bebas yang berlaku dewasa ini juga ikut
menyudutkan petani, karena selama ini kalangan petani produsen di Indonesia masih
memiliki ketidakmampuan tawar-menawar dengan pembeli untuk memperoleh harga
produknya yang wajar.Ada beberapa hal yang memposisikan kelemahan daya tawar
petani terhadap pembeli produknya, antara lain umumnya disebabkan karena faktor
keterbatasan sarana dan prasarana, permodalan serta akses informasi pasar.
Faktor keterbatasan
ini, mengakibatkan ketergantungan terhadap rentenir, akibatnya sebanyak 40
persen dari hasil penjualan panenan menjadi milik para rentenir atau tengkulak.
Keadaan ini membuat peningkatan produktivitas pertanian tidak lagi menjadi
jaminan akan memberikan keuntungan layak bagi petani.Kondisi ini semakin parah
karena di antara petani produsen Indonesia yang sebahagian besar adalah rumah
tangga miskin, luas lahan yang terbatas dan modal kerja yang minim tidak
mempunyai suatu kelembagaan yang mampu mengorganisasi mereka sehingga menjadi
berdaya.
Upaya yang harus
dilakukan adalah menaikkan daya tawar petani produsen, karena persoalan
mendasarnya adalah posisi lemah petani dalam permainan pasar, dan posisi lemah
pada relasi dengan pelaku ekonomi lainnya. Kelemahan dalam pemasaran terjadi
karena dominasi tengkulak dalam menentukan harga jual produk pertanian di
tingkat petani. Ketergantungan pemenuhan modal kerja untuk pembelian sarana
produksi dari tengkulak atau pemodal menyebabkan praktek ijon dan penentuan
harga jual yang tidak bisa dielakan petani.
F.
Tipe-tipe
Domain
Penyediaan barang dan
jasa tidak dapat dilepaskan dari adanya hak atas tanah atau domain.
Domain adalah hak milik tanah pada tingkat terakhir atau pengawasan atas
penggunaan suatu daerah tertentu. Tipe-tipe domain terbagi dalam :
1. Patrimonial (feodal),
hak yang diturunkan karena warisan, sebagai anggota kelompok-kelompok kerabat
atau garis keturunan.
2. Prebendal (administratif),
hak yang diberikan kepada pejabat yang megutip upeti dari petani dalam
kedudukannya sebagai abdi negara.
3. Mencantile,
tanah milik pribadi digarap dan dapat diperjual belikan dan digunakan untuk
menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Ekotipe-ekotipe
paleoteknik adalah ekotipe yang mengandalkan organisme-organisme manusia dan
hewan.
2. Pengolahan
tanah dalam sistem tanam padi-padian Eurasia berkaitan dengan produksi
padi-padian dan hewan ternak.
3. Ekotipe-ekotipe
neoteknik adalah ekotipe yang bergantung pada energi yang berasal dari bahan
bakar dan ketrampilan-ketrampilan yang berasal dari pengetahuan.
4. Bagian
lain yang menguhubungkan produsen dan konsumen adalah adanya penyediaan barang dan
jasa. Penyediaan barang dan jasa komplementer dilakukan oleh Sectional
markets (pasar seksional) danNetwork markets (pasar
jaringan).
5. Disposisi
surplus petani tidak saja dapat mempengaruhi dana dan keuntungan
petani, akan tetapi juga dana sewa tanahnya, dan melalui kedua dana itu
mempengaruhi keseimbangan yang rapuh antar dana-dana subsistensi, penggantian,
dan seremonial.Mekanisme pasar bebas yang berlaku juga ikut menyudutkan
petani, karena selama ini kalangan petani produsen di Indonesia masih memiliki
ketidakmampuan tawar-menawar dengan pembeli untuk memperoleh harga produknya
yang wajar.
6. Disposisi
surplus petani tidak saja dapat mempengaruhi dana dan keuntungan
petani, akan tetapi juga dana sewa tanahnya, dan melalui kedua dana itu mempengaruhi
keseimbangan yang rapuh antar dana-dana subsistensi, penggantian, dan
seremonial. Domain adalah hak milik tanah pada tingkat terakhir atau
pengawasan atas penggunaan suatu daerah tertentu. Disposisi surplus petani tidak
saja dapat mempengaruhidana dan keuntungan petani, akan tetapi juga dana
sewa tanahnya, dan melalui kedua dana itu mempengaruhi keseimbangan yang rapuh
antar dana-dana subsistensi, penggantian, dan seremonial.
B. Daftar Pustaka
http://puspitafitriana.blogspot.com/2014/06/makalah-sosiologi-pertanian-aspek-aspek.html (Diakses pada
29 Mei 2015)
http://syfaawan.blogspot.com/2013/01/resume-buku-petani.html
(Diakses pada 29 Mei 2015)
http://feryboys.blogspot.com/2014/01/kaum-tani-dan-masalah-masalah-mereka.html
(Diakses pada 29 Mei 2015)
http://repository.upnyk.ac.id/3244/1/Buku_Sosperd-Eko_Murdiyanto.pdf
(Diakses pada 29 Mei 2015)
http://renianindhalutfika.wordpress.com/belajar-melupakan-kebodohan
(Diakses pada 29 Mei 2015)
http://ghulamghulita.blogspot.com/2012/02/ekonomi-sma.html (Diakses
pada 29 Mei 2015)
http://acepabdull.wordpress.com/2012/04/12/dinamika-hutan-tropis
(Diakses pada 29 Mei 2015)
http://id.swewe.net/word_show.htm/?2934541&Sistem|tanam
(Diakses pada 29 Mei 2015)
http://harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1894:posisi-tawar-petani-indonesia-lemah&catid=11:opini&Itemid=83 (Diakses
pada 29 Mei 2015)
http://pfi3pdata.litbang.deptan.go.id/petani/ (Diakses
pada 29 Mei 2015)
http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/tajuk_rencana/detailsorotan/77(Diakses
pada 29 Mei 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar