Kamis, 15 Oktober 2015

Pengaruh Dosis dan Waktu Pemberian Pupuk KCl terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis ( Zea mays saccharata Sturt )



Proposal Penelitian

Pengaruh Dosis dan Waktu Pemberian Pupuk KCl terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis ( Zea mays saccharata Sturt )



 



OLEH:

MASHFUFATUL  ZULAIKHA
NIM : 1410401031


PROGRAM STUDI S1 AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2015







PROPOSAL PENELITIAN
Pengaruh Dosis dan Waktu Pemberian Pupuk KCl terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis ( Zea mays saccharata Sturt )

Oleh :
MASHFUFATUL  ZULAIKHA
NIM : 1410401031


Diterima dan disetujui
Tanggal :

Pembimbing I,                                                                 Pembimbing II,


Ir. Rahayu Sarwitri, M.P.                                                    Ir. Tujiyanta, M.P.
NIDN 0006095201                                                                 NIDN 0601016003



Mengetahui :
Dekan



Ir. Gembong Haryono, M.P.
NIP 19571112 198703 1 002





DAFTAR ISI


·         HALAMAN JUDUL i
·         HALAMAN PENGESAHAN iii
·         DAFTAR ISI iv
·         Bab I: PENDAHULUAN 1
·         Bab II: TINJAUAN PUSTAKA 3
·         Bab III: PERMASALAHAN 10
·         Bab IV: HIPOTESIS 11
·         Bab V :TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 12
·         Bab VI:  METODE PENELITIAN 13
·         Bab VII: PENGAMATAN 17
·         DAFTAR PUSTAKA 19
·         LAMPIRAN 21



BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka swasembada karbohidrat, di Indonesia jagung memegang peranan kedua sesudah padi. Sebagai bahan makanan, jagung bernilai gizi tidak kalah bila dibandingkan dengan beras. Selain untuk bahan makanan manusia, jagung dapat digunakan untuk makanan ternak, bahan baku industri, minuman, sirup, kopi, kertas, minyak, cat, dan lain-lain (Suprapto,2001).                                                                                                
Di Indonesia sweet corn (Zea mays saccharata Sturt.) dikenal dengan nama jagung manis. Tanaman ini merupakan jenis jagung yang belum lama dikenal dan baru dikembangkan di indonesia. Jagung manis semakin populer dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan jagung biasa. Selain itu, umur produksinya lebih singkat (genjah). Kebutuhan pasar yang meningkat dan harga yang tinggi merupakan faktor yang dapat merangsang petani untuk dapat mengembangkan usaha tani jagung manis. Produktivitas jagung manis di dalam negeri masih rendah dibandingkan dengan produktivitas  di luar negeri akibat penggunaan benih dan teknologi prapanen dan pascapanen seadanya (Anonimus, 2002).
Kalium mempunyai pengaruh sebagai penyeimbang keadaan bila tanaman kelebihah nitrogen. Unsur ini meningkatkan  sintesis dan translokasi karbohidrat, sehingga meningkatkan ketebalan dinding sel dan kekuatan batang. Kalium juga dapat meningkatkan kandungan gula (Forth, 1978).
Kalium sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan jagung. Sekitar 25% kalium terdapat di dalam biji jagung setelah dipanen dan selebihnya terdapat pada batang dan tongkol. Tanaman muda belum terlalu banyak membutuhkan kalium, tetapi kebutuhan akan cepat menanjak terutama pada saat menjelang keluarnya  malai (Anonimus, 2002).
Salah satu pupuk kalium yang dikenal adalah KCl. Pupuk KCl yang dikenal selama ini sebagian besar merupakan hasil tambang (Marsono dan Sigit,2001).
Pemberian pupuk dengan dosis yang semakin tinggi mengakibatkan penimbunan unsur hara yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Walaupun demikian penambahan pupuk menghasilkan peningkatan hasil panen yang secara progresif makin mengecil (Gardner, dkk,1988).
Kebutuhan tanaman terhadap bermacam-macam pupuk selama pertumbuhan dan perkembangan (terutama dalam hal pengambilan atau pengisapannya) adalah tidak sama, membutuhkan saat yang berbeda dan tidak sama banyaknya. Sepanjang pertumbuhan ada saat-saat dimana tanaman itu memerlukannya secara intensif agar pertumbuhan berlangsung dengan baik, yaitu pada saat pembungaan, pembuahan, dan pembentukan bagian tanaman lainnya (Sutejo, 2002).
 Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh dosis dan waktu pemberian pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis.



  
                                                                        BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Botani tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Strurt) digolongkan dalam family Gramineae. Penampilan jagung manis tidak jauh berbeda dengan penampilan jagung biasa termasuk kedalam kelompok tanaman semusim(annual crops) (Purwanto dan Wahyuni, 1982).
Biji jagung manis mempunyai proporsi gula lebih tinggi dari jagung biasa, hal ini disebabkan kurang mampunya jagung manis menghasilkan pati yang berkembang sempurna. Sebelum masak kering, jagung manis mempunyai rasa yang lebih manis dari pada jagung tipe lain,  sebab endospermanya mengandung gula selain pati (Koswara, 1982).
Biji jagung manis ini selain mengandung zat pati juga mengandung zat amilopektin, kandungan lemaknya juga lebih tinggi ( Ginting,dkk, 1995)
Perbedaan yang lain adalah pada jagung manis memiliki biji muda yang bercahaya dan berwarna jernih. Kandungan protein dan lemak dalam biji lebih tinggi ari jagung biasa (Kanisius, 1993).
Menurut koswara (1986), sifat manis pada jagung manis disebabkan oleh adanya gen su-1 (sugary), bt-2 (brittle) ataupun sh (shrunken). Gen ini dapat mencegah perubahan gula menjadi zat pati pada endosperm, sehingga jumlah gula dihasilkan dua kali lebih banyak dibandingkan dengan jagung biasa. Pada jagung manis kandungan gula yang tinggi pada saat fase matang tepung (milk dan early dough stage), sehingga bijinya transparan dan mengeriput setelah kering.
Tanaman jagung manis terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah (tongkol) dan biji. Sistem perakaran tanaman jagung manis terdiri dari 4 macam akar , yaitu akar utama, akar cabang, akar lateral dan akar serabut. Tanaman jagung manis berakar serabut, menyebar ke samping dan ke bawah sepanjang sekitar 25cm. Penyebarannya pada lapisan oleh tanah (Rukmana, 1997; Suprapto, 2001).
Tinggi tanaman jagung manis tidak banyak berbeda dengan jagung biasa, namun sedikit lebih pendek. Rataan tinggi tanaman jagung antara 1m – 3m diatas permukaan tanah. Khusus untuk jagung manis tingginya berkisar 1,5 m – 2 m dari atas permukaan tanah. Diameter batang jagung manis 3 cm – 4 cm yang terdiri dari beberapa ruas ( Leonard  and Martin, 1963; Warisno,1998; Muhadjr, 1988).
Secara morfologi, tanaman jagung manis sulit dibedakan dengan tanaman jagung biasa. Perbedaan antara keduanya pada warna bunga jantan dan bunga betina,pada  tanaman jagung manis bunga jantan berwarna putih krem dan bunga betina berwarna putih, sedangkan pada jagung biasa bunga jantan berwarna kuning keclokatan dan bunga betina berwarna merah. Jagung manis berumur lebih genjah dan memiliki tongkol yang lebih kecil dibandingkan dengan jagung biasa (Anonimus, 2002).
Jagung manis termasuk tanaman berumah satu dengan bunga jantan berwarna putih krem terletak pada malai dan betina pada tongkolnya. Tanaman ini yang memiliki jenis bunga yang bersifat monocious. Bunga jantan mengandung bunga kecil pada ujung batangnya yang disebut tassel. Tiap bunga kecil tersebut terdapat tiga buah benang sari dan pistil rudimenter. Bunga betina juga mengandung bunga kecil yang  ujungnya pendek dan datar, pada saat masak disebut tongkol. Setiap bunga betina mempunyai satu putik dan stamen rudimenter dengan sistem perkawinan umumnya menyerbuk silang.nlebih kurang 95%dari bakal biji terjadi karena perkawinan silang dan hanya 5% terjadi karena perkawinan sendiri. Hal ini terjadi akibat dari kematangan putik dan benang sari dalam satu tananaman tidak sama waktunya. Jagung manis mempunyai tipe pertumbuhan determinat (Anonimus, 2002; Suprapto dan Marzuki, 2002).
Jagung manis berumur lebih genjah dan memiliki tongkol yang lebih kecil dibandingkan dengan jagung biasa (Anonimus,2002).
Umumnya jagung manis siap di panen pada umur 60 – 70 hari setelah tanam. Saat panen yang tepat adalah bila rambut jagung manis telah berwarna cokelat dan tongkolnya telah berisi penuh. Pemanenan jagung manis sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari karena suhu udara masih rendah. Suhu udara yang tinggi dapat mengurangi kandungan gula pada bijinya (Anonimus, 2002).  
Syarat tumbuh tanaman jagung yaitu pada curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl (Bentar, 2012 ).
Unsur K didalam pupuk KCl mempunyai fungsi dalam pembentukan pati, mengaktifkan enzim, pembentukan stomata (mengatur pernafasan dan penguapan), proses fisiologis dalam tanaman, proses metabolik dalam sel, mempengaruhui penyerapan unsur unsur lain, mempengaruhi daya tahan terhadap kekeringan dan penyakit serta perkembangan akar (Hardjowigeno,1992).
Gejala kekurangan kalium dapat ditunjukkan, yaitu daun terlihat lebih tua, batang dan cabang lemah dan mudah rebah, muncul warna kuning di pinggir dan di ujung daun yang sudah tua yang akhirnya mengering dan rontok, warna buah tidak merata, dan tidak tahan disimpan  lama serta biji buah menjadi kisut (Novizan, 2002). Pada tanaman jagung kekurangan kalium akan menyebabkan tongkol kecil dan pembentukan pati kurang sempurna(Amon, 1975).
Endapan tambang kaliun yang sangat terkenal ada di Perancis dan Jerman. Kandungan utama dari endapan tersebut adalah KCl dan K2SO4-  karena umumnya tercampur dengan bahan lain , serta kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung  K2O sampai 60%. Jenis inilah yang paling banyak dipasaran. Salah satu jenis pupuk kalium yang sudah dikenal di kalangan petani adalah KCl. Pupuk KCl yang selama  ini dikenal sebenarnya bukan termasuk  ke dalam kelompok pupuk buatan karena sebagian besar prosesnya masih bersifat alami. Adapun unsur pabrik di dalamnya hanya berperan secara fisik terhadap pupuk tersebut. Sehingga KCl termasuk kedalam kelompok pupuk kimia alami (Marsono dan Sigit, 2001).
Umjmnya sebagai bahan pupuk kalium yang banyak digunakan adalah KCl , hal ini disebabkan karena sifat KCl yang baik , yaitu KCl relatif murah, KCl seluruhnya dapat larut dalam air dan mudah tersedia , anion yang mengikutinya tidak memberikan pengaruh negatif terhadap tanah dan tanaman . KCl mengandung 50%-62% K2O (Hakim, dkk, 1986).
Unsur kalium merupakan unsur mobil di dalam tanaman yang biasanya ditranslokasikan ke dalam jaringan meristematik muda. Unsur kalium berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman sampai batas tertentu. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah faktor genetik dan faktor lingkungan (Lubis, dkk, 1986;Nyakpa, dkk, 1988).
Tersedianya unsur kalium bagi tanaman yang diikuti dengan cukupnya tingkat ketersediaan air bagi tanaman dapat memacu proses fisiologis bagi tanaman tersebut. Kalium dan air terlibat langsung dalam sistem energi tanaman pada 2 sisi penting produksi dan penggunaan energi yaitu dalam proses fotosintesis dan transpirasi. Dalam proses fotosintesis akan dihasilkan sejumlah asimilat yang disimpan dalam bentuk gula sederhana dan dalam proses respirasi gula tersebut akan dirombak dan dihasilkan energi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentukan hasil tanaman. Fotosintesis akan berlangsung lambat jika tanaman kahat unsur K dengan cara mempengaruhi keseimbangan muatan elektrik yang diperlukan untuk pembentukan ATP dalam kloroplas. Pembukaan stomata  salah satunya sangat dipengaruhi oleh keberadaan kation K+ dan air, oleh karena itu apabila ketersediaan unsur K dan air di dalam tanaman cukup tersedia maka akan dapat memacu laju fotosintesis . Hasil fotosintesis akan ditransportasikan dari daun ketempat-tempat yang membutuhkan baik digunakan untuk pertumbuhan maupun disimpan dalam organ penyimpanan seperti tongkol (Suminarti,1999).
Pupuk KCl termasuk pupuk anorganik, dibandingkan dengan pupuk organik, pupuk anorganik mempunyai keunggulan antara lain yaitu, kandungan zat haranya  dapat ditentukan sesuai dengan yang diharapkan, pemberiannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, tersedia dalam jumlah yang banyak, praktis dalam transportasi dan menghemat ongkos angkut, serta beberapa jenis pupuk anorganik langsung dapat diaplikasikan sehingga menghemat waktu (Prihmantoro,2001).
Sifat pupuk KCl yaitu mudah terikat oleh molekul lain, tidak mudah larut dan lambat tersedia bagi tanaman. Untuk pertanaman jagung manis biasanya digunakan dosis 150 kg K2O/ha atau 250 kg KCl/ha, sedangkan untuk per tanaman disesuakan dengan jarak tanam yang digunakan (Anonimus, 2002;Sutejo,2002).
Waktu pemupukan sangat tergantung dari kecepatan tananaman menghisap unsur unsur yang dibutuhkan dan sifat sifat unsur dfi dalam tanah. Pupuk yang sukar larut  di dalam tanah atau pupuk yang bekerjanya lambat seperti pupuk yang mengandung P atau K umumnya harus diberikan sebelum penanaman. Bagi pupuk yang bekerja cepat dan mudah larut, seperti pupuk yang mengandung unsur N sebaiknya diberikan setelah tanaman tumbuh aktif , agar tanaman dapat memanfaatkan N sebelum terurai (Kanisius, 1993).
Selama pertumbuhan dan perkembanggannya (sejak kecambah hingga matinya tanaman itu) terdapat berbagai proses pertumbuhan yang intensitasnya berbeda beda. Ini berarti bahwa sepanjang pertumbuhan ada saat saat dimana tanaman itu memerlukan pertukaran zat secara intensif agar pertumbuhannya  berlangsung dengan baik, ada saat saat dimana tanaman itu memerlukan pertukaran zat secara intensif agar pertumbuhannya berlangsung dengan baik, ada saat saat pembungaan,  pembuahan dan dengan sendirinya ada saat saat diperlukannya  unsur hara yang cukup bagi pembentukan bagian bagian tanaman.(Sutejo,2002 ).
Penempatan pupuk dan saat pemberian yang tepat merupakan faktor yang penting dalam pemupukan. Tanggapan tanaman, penghindaran kerusakan dan pemberian yang ekonomis harus diperhatikan. Agar efektif, pupuk harus diberikan di tempat dan disaat tanaman memerlukannya. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam pemupukan adalah frekwensi dan dosis yang diberikan diupayakan sesuai dengan aturan atau rekomendasi yang diberikan pada label atau perhitungan yang disesuaikan dengan kondisi tanah (Harjadi,1993; Prihmantoro,2002).
Pupuk kalium dan nitrogen cenderung mudah bergerak (mobil) dari tempat asal penerbangannya, Pola pergerakannya vertikal ke bawah bersama sama air, karena sifatnya yang mobil (mudah bergerak), pupuk kalium dan nitrogen dapat ditebar di atas permukaan  tanah atau didalam larikan (Novizan,2002).
Tanaman harus mampu menghisap zat makanan yang dibutuhkannya. Pada masa pertumbuhan vegetatif tanaman sangat membutuhkan N , sedangkan K dibutuhkan pada pembungaan dan masa pembuahan, maka perlu diadakan pemupukan sesuai dengan kebutuhannya, jika tidak mendapat pemupukan cukup, tanaman akan menderita dan kemungkinan besar akan mati (Kanisius,1993).
Dianjurkan pemberian pupuk kalium sewaktu bertanam sebagai pupuk dasar. Tetapi pada tanah tanah berpasir atau tanah  miskin kalium, maka pemberian secara berkala mungkin lebih baik (hakim,dkk,1986).
Penggunaan pupuk-pupuk sekunder dan hara mikro diatur oleh dasar dasar yang mempengaruhi kebutuhan akan pupuk pupuk ini maupun aplikasinya. Penggunaan yang efisien dan efektif dari suatu pupuk tdergantung pada sumber, takaran dan  metode aplikasi. Pemberian pupuk pada saat yang tidak tepat hanya merupakan pemborosan sebab pupuk akan terbuang percuma atau tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman pada saat itu (Engistad,1997; Prihmantoro,2001).
Tanaman muda belum terlalu banyak membujtuhkan kalium, tetapi kebutuhan akan cepat menanjak terutama pada saat menjelang keluarnya malai. Karena sifatnya mudah terikat oleh molekul lain dan tidak mudah larut, maka pemberian pupuk kalium dilakukan pada saat tanam (Anonimus,2002).





BAB III
PERMASALAHAN
Sebagai bahan makanan, jagung bernilai gizi tidak kalah bila dibandingkan dengan beras. Selain untuk bahan makanan manusia, jagung dapat digunakan untuk makanan ternak, bahan baku industri, minuman, sirup, kopi, kertas, minyak, cat, dan lain-lain. Jagung manis banyak diminati oleh berbagai lapisan masyarakat, selain itu jagung manis dijadikan bahan olahan makanan. Kebutuhan pasar yang meningkat dan harga yang tinggi merupakan faktor yang dapat merangsang petani untuk dapat mengembangkan usaha tani jagung manis. Sedangkan produksi jagung manis masih belum dapat mencukupi permintaan pasar.
Teknik penanaman jagung manis yang tepat sangat diperlukan untuk mendapatkan jagung manis yang berkualitas. Untuk mendapatkan jagung manis yang berkualitas perlu pemberian pupuk KCl  dengan dosis dan waktu ;pemberian yang tepat. Karena kalium sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan jagung. Sekitar 25% kalium terdapat di dalam biji jagung setelah dipanen dan selebihnya terdapat pada batang dan tongkol. Tanaman muda belum terlalu banyak membutuhkan kalium, tetapi kebutuhan akan cepat menanjak terutama pada saat menjelang keluarnya  malai.
Permasalahannya adalah produktivitas jagung manis di dalam negeri masih rendah dibandingkan dengan produktivitas  di luar negeri akibat penggunaan benih dan teknologi prapanen dan pascapanen seadanya. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperoleh kombinasi yang paling tepat antara dosis dan waktu pemberian pupuk KCl sehingga dapat menghasilkan jagung manis yang berkualitas.
 


                                                                                           
BAB IV
HIPOTESIS
Diduga akan ada pengaruh dosis dan waktu pemberian pupuk kcl terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays saccharata Sturt ).




BAB V
TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

5.1 Tujuan Penelitian
5.1.1 Untuk mengetahui dosis pemberian pupuk KCl yang tepat             terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis.
5.1.2 Untuk mengetahui waktu pemberian pupuk KCl yang tepat terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis.
5.2 Kegunaan penelitian
5.2.1 Menambah pengetahuan penulis mengenai pengaruh dosis pemberian pupuk KCl yang tepat terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis.
5.2.2 Menambah pengetahuan penulis mengenai pengaruh waktu pemberian pupuk KCl yang tepat terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis.
5.2.3 Menjadi sumber referensi bagi petani khususnya untuk mendapatkan tanaman jagung yang berkualitas.
5.2.4 Menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya.







BAB VI
METODE PENELITIAN
       6.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) Faktorial dengan dua faktor perlakuan, yaitu :
            Faktor I : Dosis pupuk KCl (K) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu :
                        K1 : 70 kg/ha setara dengan 2 g/tanaman
                        K2 : 140 kg/ha setara dengan 4 g/tanaman
                        K3 : 210 kg/ha setara dengan 6 g/tanaman
            Faktor II : Waktu pemberian pupuk KCl (T) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu:
                        T0 : 0 HST (Hari Setelah Tanam)
                        T1 : 10 HST (Hari Setelah Tanam)
                        T2 : 20 HST (Hari Setelah Tanam)
                        T3 : 30 HST (Hari Setelah Tanam)
            Sehingga didapat 12 kombinasi perlakuan yaitu :
                        K1T0               K2T0               K3T0  
                        K1T1               K2T1               K3T1  
                        K1T2               K2T2               K3T2
                        K1T3               K2T3               K3T3
            Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam pada taraf 5 % dan 1 %, dan apabila ada beda nyata dilakukan uji lanjut dengan uji LSD untuk menguji perlakuan dosis pupuk KCl dan DMRT untuk menguji waktu pemberian pupuk KCl.
6.2 Bahan dan Alat Penelitian
          Bahan bahan yang digunakan adalah benih jagung manis Varietas Chia Tai Seed Sweet Corn, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, insektisida Dursban 25 EC, fungisida Dithane M-45 dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.
          Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, gembor, meteran, pisau, handsprayer, tugal, timbangan, tali rafia, pacak sampel, plakat dan alat-alat lain yang mendukung penelitian ini.
6.3 Waktu dan Tempat Penelitian
                      Penelitian ini  dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai Agustus 2015 di Desa  Salamsari Kecamatan Kedu kabupaten Temanggung. Ketinggian tempat  ±1200 meter di atas permukaan laut.
6.4 Pelaksanaan Penelitian
            6.4.1 Pengolahan Tanah
                       Areal penelitian dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman lainnya dengan membabat dan mencangkul. Pengolahan tanah dilakukan 2 kali, yaitu tanah di cangkul dengan kedalaman 15-20 cm, diratakan, digemburkan dan diberi pupuk kandang. Pengolahan kedua dilakukan seminggu kemudiaan. Tanah digemburkan kembali dan dibuat 3 blok percobaan, setiap blok terdiri dari 12 plot dengan ukuran 350cm x 240cm, jarak antar plot 50cm dan jarak antar blok 100cm.
            6.4.2 Penanaman
             Dilakukan dengan cara menugal sedalam 2cm. Setiap lubang diisi dengan dua benih jagung manis, dengan jarak tanam 70cm x 40cm dan kemudian ditutup dengan tanah yang gembur.
          6.4.3 Pemupukan
                     Pupuk yang digunakan adalah Urea, SP-36 dan KCl. Dosis pupik Urea adalah435 kg/ha setara dengan 200kg N/ha dan setara dengan 12 g/tanaman, diberikan dua  kali yaitu 1/3 dosis diberikan sebagai pupuk dasar pada saat tanam dan 2/3 dosis diberikan pada 4-5 MST (minggu setelah tanam). Dosis pupuk SP-36 adalah 417 kg/ha setara dengn 150 kg P2O5/ha dan setara dengan 12 g/tanaman, diberikan sebagai pupuk dasar pada saat tanam. Pupuk KCl diberikan sesuai dengan dosis dan waktu perlakuan. Pemberian pupuk Urea, Sp-36 dan KCl dilakukan dengan cara larikan pada kedua sisi barisan sekitar 15cm disamping tanaman dengan kedalaman sekitar 15 cm.
            6.4.4 Pemeliharaan
            6.4.4.1 Penyiraman
                      Penyiraman rutin dilakukan pagi dan sore hari pada awal penanaman di bulan Agustus dimana curah hujan efektif rendah, sedangkan dibulan September dan bulan Oktober penyiraman jarang dilakukan karena curah hujan relatif tinggi, sehingga tanah cukup basah.
            6.4.4.2 Penjarangan
            Penjarangan dilakukan seminggu setelah tanam, yaitu dengan memotong salah satu tanaman yang pertumbuhannya kurang baik.
            6.4.4.3 Penyiangan dan Pembumbunan
            Penyiangan dilakukan tergantung dari keadaan gulma di lapangan, dimana tidak terlalu banyak gulma yang tumbuh.  Pembumbunan dilakukan setelah tanaman berumur 4 MST dengan interval 2 minggu sampai tanaman berumur 8 MST.
            6.4.4.4 Pengendalian Hama dan Penyakit
            Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan insektisida Dursban 25 EC dengan konsentrasi 2 cc/liter air dan fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 2g/liter air. Penyemprotan dursban 25 EC dilakukan sebanyak 2 kali yaitu 3  MST dan 6 MST. Penyemprotan Dithane M-45 dilakukan sebanyak 2 kali yaitu 2 MST dan 4 MST.
            6.4.5 Panen
            Panen dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 64 hari setelah tanam dimana jagung masih muda (pada pematangan fase milk) dengan ciri-ciri morfologinya yaitu daunnya sudah mulai menguning, kelobot bderwarna hijau kekuningan dan rambut tongkol berwarna coklat.





BAB VII
PENGAMATAN
1)      Tinggi tanaman (cm)
                Tinggi tanaman diukur mulai dari bagian buku yang terdekat ke tanah yang ditandai dengan patok sampel, hingga ujung daun terpanjang setelah diluruskan. Tinggi tanaman di ukur setelah tanaman berumur 2 MST dengan interfal pengukuran 2 minggu sekali sampai 75 % tanaman berbunga jantan.
2)      Diameter Batang (mm)
                Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong . Pengukuran dilakukan dua kali yaitu arah Utara – Selatan dan Timur – Barat, lalu diambil ratanya. Bagian batang yang diukur adalah pangkal batang bagian buku yang terdekat ke tanah ditandai dengan patok sebagai standart pengukuran. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berbunga jantan 75 %
3)      Luas Daun (cm2)
                Luas daun diukur pada saat malai mulai muncul, diukur menggunakan rumus :
Yt = k x (p x l)i
Dimana :
Yt : luas daun tanaman (cm2)
K : konstanta ( berubah tergantung jumlah dan posisi daun)
P : panjang daun ke i (cm)
I : lebar daun ke i (cm)
4)      Jumlah Klorofil (butir/6mm2)
                Ditentukan dengan menjepitkan klorofilmeer pada daun yang paling tengah. Dilakukan pada saat telah berbunga jantan 75 %.
5)      Panjang Tongkol (cm)
                Pengukuran panjang tongkol dilakukan setelah kelobotnya dikupas, di ukur mlai dari pangkal hingga ujung tongkol dengan menggunakan meteran dan dilakukan pada saat panen.
6)      Diameter Tongkol (mm)
                Pengukuran diameter tongkol dilakukan setelah kelobotnya dikupas, bagian yang diukur adalah bagian tengah tongkol dengan menggunakan jangka sorong dan dilakukan pada saat panen.
7)      Panjang Tongkol yang Tidak Terisi Biji pada Bagian Ujung (cm)
                Pengukuran dilakukan setelah kelobotnya dikupas, bagian yang diukur adalah mulai dari pinggir biji terakhir sampai bagian ujung tongkol. Di ukur pada saat panen.
8)      Jumlah Baris Biji Per Tongkol (baris)
                Dilakukan dengan menghitung jumlah baris biji pada tongkol. Di lakukan pada saat panen.
9)      Produksi Per tanaman(g)
                Dilakukan dengan menimbang berat produksi yang ada pada tiap tanaman sampel  dengan membuang kelobot dari tanaman tersebut.
10)  Produksi Per Plot (kg)
                Dilakukan  dengan menimbang berat seluruh produksi yang ada pada tiap plot dengan membuang kelobot
Ari tanaman tersebut.



 


DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto,T.,dan Y.E. Widyastuti, 2002.  Meningkatkan ProduksJagung   di Lahan Kering , Sawah dan Pasang Surut.Penebar Swadaya, Jakarta.
Anonimus,2002.Sweet Corn Baby  Corn. Penebar Swadaya, Jakarta.
Amon,I.,1975. Mineral Nutrion of Maize. International Potash Institute, Switzerland.
Efendi, S., 1992.Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Jakarta.
Engeistad, O.P.,1997, Teknologi dan Penggunaan Pupuk. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Foth, H.D., 1978. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Diterjemahkan oleh Soenartono Adisoemarto, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Gardner, F.P.,R.B. Pearce, and R.L Mitcheel,1988, Fisiologi Tanaman Budidaya. Universita Indonesia Press, Jakarta.
Ginting, S., R.K Damanik,O. Ginting, dan M.P.L Tobing, 1995. Agronomi Tanaman Makanan I. Fakultas Pertanian USU, Medan.
Hakim, N., M.Y Nyakpa , A.M. Lubis , S.G Nugroho, M.R. Saul, M.A Diha, G.B. Hong, dan H.H. Bailey, 1986. Dasar Dasar Ilmu Tanah Universitas Lampung Press, Lampung.   
Hardjowigeno, S., 1992. Ilmu Tanah. Medyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Harjadi, s S., 1993. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.
Kanisius, 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius, Yogyakarta.
Koswara, J., 1982. Jagung. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Lubis, A.M .,A.G Amrah, M.A Pulung dan N. Hakim, 1986 Pupuk dan Pemupukan, UISU, Medan
Marsono, dan P.Sigit ,2001. Pupuk Akar. Penebar Swadaya, Jakarta .
Muhadjir, S., 1988. Jagung . Pusat Penelitian dan Pengembanagan Tanaman Pangan , Bogor.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Nyapka, N.Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung, A.G Amrah, G.B Hong, A. Munawar, dan N. Hakim, 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Prihmantoro, H., 2001. Memupuk Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya Jakarta.
Purwanto, I.M., dan S Wahyuni, 1988. Teknik Budidaya Jagung Manis (Sweet Corn). Bina Angkasa, Bogor.
Rukmana, R., 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Yogyakarta.
Suminarti, N.E., 1999. Pengaruh Pupiuk Kalium dan Jumlah Pemberian  Air terhadap Hasil dan Kualitas jagung Manis (Zea mays saccharata sturt). Habitat Vol ll No 109, Malang.
Suprapto, H.S., 2001. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprapto, H.S., dan A.R Marzuki, 2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutejo,M M., 2002. Bertanam Jagung  Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutono, 1986. Metode Pendugaan Luas Daun pada Jagung. Palawija 1. Seminar Tanaman Pangan, Bogor.
Warisno, 1998. Budidaya Jagung Hibrida. Kanisius, Yogyakarta.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar