Kamis, 15 Oktober 2015

Kesuburan Tanah Dipengaruhi Oleh Mikroorganisme



Makalah Mikrobiologi Pertanian
Kesuburan Tanah Dipengaruhi Oleh Mikroorganisme






Disampaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Nilai Mata Kuliah Mikrobiologi Pertanian Semester Ganjil Tahun Akademik 2015



OLEH:

MASHFUFATUL  ZULAIKHA       (1410401031)


PROGRAM STUDI S1 AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2015





DAFTAR ISI


·         Bab I: PENDAHULUAN 1
A.    Latar Belakang 1
B.     Rumusan Masalah 2
C.     Tujuan Penelitian 2

·         Bab II: Pembahasan (Isi) 3
A.    Pengertian tanah 3
B.     Fungsi bahan organik tanah 4
C.     Sejarah munculnya Biologi Tanah  5
D.    Sifat biologi tanah 5
E.     Pemanfaatan mikroorganisme dalam penyuburan tanah 9
F.      Jenis dan fungsi mikroba penyubur tanah  tanah 9

·         Bab III: Penutup 17
A.    Kesimpulan 17

·         DAFTAR PUSTAKA 18




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
       Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme hidup yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan dengan bantuan mikroskop.Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau kadang-kadang disebut sebagai mikroba, ataupun jasad renik. Mikrobiologi penting sekali dan terkait erat dengan kehidupan manusia, karena mikroba (jasad renik) tersebar merata di seluruh belahan bumi dan ada dimana-mana. Mikroba ada di udara, ada di air, di tanah, lantai, meja, kulit dan dimanapun. Oleh karena itu mikroba memiliki korelasi yang erat dan perananyang penting dengan kehidupan manusia, yang dapat memberikan pengaruh merugikan  maupun menguntungkan. Mikroorganisme tersebar merata diseluruh permukaan bumi diantaranya adalah pada tanah. Bila dibandingkan dengan luas bumi secara keseluruhan, maka tanah pada permukaan bumi hanya merupakan lapisan tipis.
 Tetapi, lapisan tipis dari tanah ini sangat penting karena menyediakan berbagai sumber daya yang berguna bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya seperti mikroorganisme. Di tanah terdapat milyaran mikrobia misalnya bakteri, fungi, alga, protozoa, dan virus. Tanah  merupakan  lingkungan hidup yang amat  kompleks. kotoran dan jasad hewan serta jaringan tumbuhan akan terkubur dalam tanah. semuanya memberi konstribusi dalam menyuburkan tanah. Dan proses penyuburan tanah ini dibantu oleh mikrobia. Mikroorganisme yang hidup pada tanah dapat  ditemukan dalam dua bentuk yaitu ada yang pathogen ( berbahaya) pada manusia dan hewan dan apathogen (tidak berbahaya).
 Tanpa mikrobia, semua jasad tidak akan hancur. mikrobia tanah mampu menyeimbangkan kelangsungan hidup di bumi. jumlah dan jenis mikrobia dalam tanah bergantung pada jumlah dan jenis,kelembaban, tingkat aerasi, suhu, pH, dan pengolahan dapat menambah jumlah mikrobia tanah. Baik secara langsung maupun tidak langsung, bahan buangan dan jasad dari manusia dan hewan, serta jaringan tumbuh-tumbuhan di buang atau di kubur dalam tanah. setelah beberapa lama, bahan-bahan tersebut akan diuraikan menjadi komponen organik dan beberapa komponen anorganik tanah, penguraian tersebut dilakukan oleh mikroorganisme yaitu penguraian bahan organik menjadi substansi yang menyediakan nutrien bagi dunia tumbuhan. Tanpa aktivitas mikroorganisme  tersebut  segala ativitas di muka bumi ini lambat laun akan terhambat.

B.     Rumusan
a.       Apa yang dimaksud dengan tanah?
b.      Apa fungsi bahan organik?
c.       Bagaimana sejarah munculnya biologi tanah?
d.      Bagaimana sifat biologi  tanah?
e.       Apa manfaat mikroorganisme dalam penyuburan tanah?
f.       Apa saja jenis dan fungsi mikroba penyubur tanah?

C.     Tujuan
a.       Untuk mengetahui pengertian tanah.
b.      Untuk mengetahui fungsi bahan organik.
c.       Untuk mengetahui sejarah munculnya biologi tanah.
d.      Untuk mengetahui sifat biologi tanah.
e.       Untuk mengetahui manfaat mikroorganisme dalam penyuburan tanah.
f.       Untuk mengetahui jenis dan fungsi mikroba penyubur tanah.


BAB II
                                        PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tanah.
Tanah merupakan suatu komponen penting dalam modal dasar pertanian. Sifat, ciri dan tingkat kesuburan (produktivitas) nya, tanah sangat dipengaruhi oleh sifat kimia,fisika dan biologi tanah. Biologi tanah adalah ilmu yang mempelajari mahluk-mahluk hidup didalam tanah. Karena ada bagian-bagian hidup di dalam tanah, maka tanah itu disebut sebagai “Living System” contohnya akar tanaman dan organisme lainnya di dalam tanah.
 Tanah yang mempunyai nilai produktivitas yang tinggi,tidak hanya terdiri dari bagian padat, cair dan udara saja, tetapi harus ada jasad hidup yang merupakan organisme hidup. Sebaliknya aktivitas organism tanah dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu : 
a.       Iklim organisme tanah lebih banyak ditemui jumlah (populasi) nya dan keragamannya pada tanah didaerah yang mempunyai curah hujan dan temperatur yang tinggi dibandingkan di daerah yang mempunyai curah hujan dan temperatur rendah. 
b.      Tanah Tingkat kemasaman, kandungan hara dan umur tanah dapat mempengaruhi organisme dalam tanah. Bakteri lebih banyak ditemui pada daerah yang berkemasaman sedang (normal), sedangkan jamur/cendawan lebih banyak pada tanah yang kemasaman rendah (masam). Tanah-tanah yang diberi kapur dan pupuk, umumnya lebih banyak populasi organismenya. Pada tanah perawan, populasi dan keragaman organisme nya lebih banyak dibandingkan pada tanah-tanah tua. 
c.       Vegetasi pada lokasi tanah-tanah hutan ditemui organism yang lebih banyak dan lebih beragam dibandingkan pada lokasi padang rumput. 




B.     Fungsi Bahan Organik Tanah 
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Peranan-peranan kunci bahan organik tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: 
a.       Fungsi Biologi.
Menyediakan makanan dan tempat hidup (habitat) untuk organisme (termasuk mikroba) tanah menyediakan energi untuk proses-proses biologi tanah memberikan kontribusi pada daya pulih (resiliansi) tanah.
b.      Fungsi Kimia. 
Merupakan ukuran kapasitas retensi hara tanah penting untuk daya pulih tanah akibat perubahan pH tanah menyimpan cadangan hara penting,khususnya N dan K .
c.       Fungsi Fisika.
Mengikat partikel-partikel tanah menjadi lebih remah untuk meningkatkan stabilitas struktur tanah meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air perubahahan moderate terhadap suhu tanah. 
Fungsi-fungsi bahan organik tanah ini saling berkaitan satu dengan yang lain. Sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah (www.csiro.au). 
Faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah juga harus diperhatikan karena mempengaruhi jumlah bahan organik. Miller et al. (1985) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah bahan organik dalam tanah adalah sifat dan jumlah bahan organik yang dikembalikan, kelembaban tanah, temperatur tanah, tingkat aerasi tanah, topografi dan sifat penyediaan hara.  Pemberian bahan organik ke dalam tanah memberikan dampak yang baik terhadap tanah, tempat tumbuh tanaman. Tanaman akan memberikan respon yang positif apabila tempat tanaman tersebut tumbuh memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah menyediakan zat pengatur tumbuh tanaman yang memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman seperti vitamin, asam amino, auksin dan giberelin yang terbentuk melalui dekomposisi bahan organik (Brady, 1990) 
C.     Sejarah munculnya Biologi Tanah 
Biologi tanah diawali dengan munculnya mikrobiologi tanah yaitu pada tahun 1838 setelah J.B.Boussinggault menunjukkan bahwa legume dapat memperoleh nitrogen (N) dari udara bila ditumbuhkan pada tanah yang tidak dipanasi. Lima tahun kemudian M.W.Beijerink, dapat memisahkan bahteri dari bintil akar. Sedangkan Anthony Van Loewenholk dari Belanda telah mampu membuat gambar mikrobia. 
Pada tahun 1881, Darwin mengenalkan bahwa cacing tanah sangat berperan dalam proses pelapukan di dalam tanah. Tahun 1886 Adametz menemukan bahwa fungi melimpah di dalam tanah. Lipmann and Brown pada tahun 1903 mempelajari tentang transformasi dari unsur-unsur hara dalam tanah. Setahun kemudian Hitler and Stomer menemukan bahwa Actinomycetes adalah salah satu organisme tanah yang penting di dalam tanah. 
D.    Sifat Biologi Tanah 
“Kehidupan dalam tanah menyangkut kegiatan jasad hidup dalam tanah dan peranannya serta peranan bio organisme dengan segala sifat dan cirinya ”. 
Terbagi atas: 
1.      Makrofauna 
Hewan besar pelubang tanah tikus, kelinci, kadang dapat memperbaiki tata udara tanah dan mengubah kesuburan serta struktur tanah, tetapi hewan ini juga makan dan menghancurkan tanaman sehingga secara umum lebih mengganggu daripada menguntungkan. 
1.1 Cacing tanah 
Tersebar diseluruh penjuru dunia dengan sekitar 7000 spesies. Tiga spesies yang paling umum yaitu helodrilus calliginosus (cacing kebun), hellodrilus feotidus (cacing merah) dan lumbridus terrestris (night crawler). Cacing tanah tidak makan vegetasi hidup tetapi makan bahan organik mati sisa-sisa hewan atau tanaman. Bahan organik yang dimakan kemudian dikeluarkan berupa agregat-agregat banyak mengandung unsur hara yang berguna bagi tanaman. Cacing memperbaiki tata udara tanah sehingga infiltrasi air menjadi lebih baik dan lebih mudah ditembus akar tanaman. Kebanyakan cacing hidup di kedalaman kurang dari 2m. cacing suka hidup pada tanah-tanah lembab. Tata udara baik, hangat sekitar 21 derajat c, pH 5,0-8,4,. Banyak bahan lorganik, kandungan garam renda, tetapi Ca tersedia tinggi, tanah agak dalam, tekstur sedang sampai halus. 
1.2 Arthropoda dan mollusca 
Arthropoda dalam tanah digolongkan kedalam beberapa famili yaitu crustacea(kepiting, lobster, crayfish) chilopoda (sejenis kelabang), arachnida (laba-laba), insek (belalang, jangkrik) Crustacea banyak ditemukan di rawa pasang surut. Hewan ini membuatt lubang yang menyebabkan terjadinya perpindahan tanah dalam (under) ke permukaan (top) yang banyak mengandung sulfida, sehingga teroksidasi menjadi sulfat dengan tingkat keasaman yang sangat tinggi. Jenis mollusca yang hidup diatas tanah yang terpenting adalah bekicot. Hewan ini memakan sisa tanaman yang membusuk maupun yang masih hidup 
2.      Mikrofauna 
Hewan berukuran mikroskopis yang hidup di dalam tanah yaitu protozoa, nematoda.
2.1 Protozoa 
Merupakan hewan bersel satu yang memakan bakteri, sehingga dapat menghambat daur ulang unsur hara atau menghambat berbagai proses dalam tanah yang melibatkan bakteri. 
2.2 Nematoda 
Merupakan cacing yang sangat kecil seperti benang, berdasarkan jenis makanannya nematoda dibedakan menjadi omnivorus makan sisa bahan organik, predaceous, makan hewan-hewan tanahtermasuk nematoda yang lain, parasitik merusak akar tanaman, 
3.      Makroflora 
Akar tumbuhan yang mati di dalam tanah menyediakan energi dan makanan hewan dan mikroflora. Akar tanaman meningkatkan agregasi tanah, dan karena akar menembus ke lapisan tanah yang dallam maka ia membusuk dan mmenjadi humus. akar tanaman yang masih hidup mempengaruhi keseimbangan hara tanah akibat penyerapan unsur hara oleh akar tersebut. Selain itu akar juga mempengaruhi ketersediaan unsur hara karna dapat membentuk asam organik dipermukaannya yang dapat meningkatkan kelarutan unsur hara. Dikeluarkannya asam AMINO yang mudah dihancurkan dan terlepasnya beberapa bagian kulit akar dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme disekitar akar . jumlah organisme disekitar akar ini 10-100 kali lebih banyak daripada diluar daerah perakaran. Jadi ketersediaan unsur hara sangat dipengaruhi oleh bahan yang dikeluarkan oleh akar dan aktivitas mikroorganisme di rhizophere (daerah sekitar perakaran) 
4.       Mikroflora 
Jenis-jenis flora berukuran mikroskopis yang hidup di dalam tanah misalnya fungi, bakteri, actinomycetes, dan algae.
4.1 Bakteri 
Bakteri dapat dibedakan menjadi dua yaitu autotroph dan heterotroph. Autotroph yaitu bakteri yang menghasilkan makanannya sendiri dari bahan anorganik, misalnya melalui proses photosintesis. Heterotroph yaitu bakteri yang mendapatkan makanannya dari bahan organik yang telah ada. Bakteri autotroph bermanfaat karena mempengaruhi sifat-sifat tanah. Misalnya merubah nitrit menjadi nitrat, sulfida menjadi sulfat dsb. Nitrifikasi berpengaruh terhadap kualitas lingkungan karena oksidasi dari NH4 menjadi NO3 yang mudah larut, dapat menyebabkan pencemmaran nitrat pada air tanah . konsentrasi nitrat yang tinggi dalam air dapat mempengaruhi kesehatan manusia.  bakteri heterotroph dalam tanah dapat dibedakan menjadi bakteri pengikat nitrogen dan bukan pengikat nitrogen. 
4.2  Fungi 
Dapat dibedakan menjadi parasitik, saprohitik, dan simbiotik, dan simbiotik. 
a.       Parasitik yang dapat menyebabkan bercak pada tanaman. 
b.      Saprophitik yang mendapatkan makanan dari dekomposisi bahan organik
c.       Simbiotik hidup pada akar dimana keduanya terjadi simbiosis mutualisme. 
Mycorhiza /jamur akar, adalah asosiasi simbiosis mycelia fungi dengan akar tanaman tertentu. Membantu tanaman induk menyerap unsur hara tertentu. 
4.3  Actinomycetes 
Secara taksonomi dan morfologi dapat digolongkan sebagai fungi ataupun bakteri, tetapi akhir-akhir ini diklasifikasikan sebagai bakteri. Fungsi utamanya yaitu dalamm dekomposisi bahan organik terutama selulosa dan bahan organik lain yang resisten. Keadaan yang baik untuk perkembangan actinomycetes yaitu banyak tersedia bahan organik segar, pH tanah netral sampai agak masam, tanah lembab, tetapi lebih tahan kekeringan daripada fungi. 
4.4 Algae 
Algae mempunyai chlorophyl dan terdiri dari green algae, blue green algae, yellow green algae, dan diatomae. Berkembang biaka pada tanah yang subur. Pada tanaman padi sawah algae membantu mempertahankan jumlah N dalam tanah dengan mengikat N yang ada di udara. 
4.5 Virus 
Berbeda debgan mikroflora yang lain, virus tidak dapat hidup lama didalam tanah, dan tidak dapat berkembang biak tanpa induk semangnya. Virus dapat diberantas dengan memberantas pembawa virus seperti nematoda, fungi dan akar akar tanaman. 
E.      Pemanfaatan Mikroorganisme Dalam Penyuburan Tanah
Mikroorganisme tanah merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesuburan tanah. Sebagian besar pertumbuhan tanaman tidak lepas dari mikroorganisme tanah. Mikroorganisme dapat hidup jika didalam tanah terdapat asam amino. Asam amino ini berasal dari protein yang diuraikan oleh bakteri dalam tanah. Tanaman bisa tumbuh dengan baik jika mempunyai hubungan simbiosis mutualisme dengan mikroorganisme. Namun demikian perlu diingat tidak semua mikroorganisme bermanfaat, ada mikroorganisme yang merugikan.
Fungsi lain mikroorganisme tanah adalah menguraikan bahan kimia yang sulit diserap menjadi bentuk yang mudah diserap oleh tanaman. Mikroorganisme ternyata mengeluarkan suatu jenis zat yang berfungsi untuk memperlancar penyaluran hara dan air dari akar ke daun. Zat yang dikeluarkan mikroorganisme ini dapat membantu penyebaran air dan nutrisi di seluruh permukaan daun. Keadaan ini akan meningkatkan produktivitas tanaman, karena penyaluran air dan nutrisi dapat berjalan lancar.

F.      Jenis dan Fungsi Mikroba Penyubur Tanah
Mikroba penyubur tanah yang sering digunakan dalam bidang pertanian antara lain adalah:
1. Bakteri Fiksasi Nitrogen
Azotobacter      
Berbagai jenis bakteri fiksasi N2 secara hayati, antara lain terdiri atas rhizobia, sianobakter (ganggang hijau biru), bakteri foto-autotrofik pada air tergenang dan permukaan tanah, dan bakteri heterotrofik dalam tanah dan zona akar (Ladha and Reddy 1995, Boddey et al. 1995, Kyuma 2004). Bakteri tersebut mampu mengikat nitrogen dari udara, baik secara simbiosis (root-nodulating bacteria) maupun nonsimbiosis (free-living nitrogen-fixing rhizobacteria). Pemanfaatan bakteri fiksasi N2, baik yang diaplikasikan melalui tanah maupun disemprotkan pada tanaman, mampu meningkatkan efisiensi pemupukan N. Dalam upaya mencapai tujuan pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan, penggunaan bakteri fikasi N2 berpotensi mengurangi kebutuhan pupuk N sintetis, meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani dengan masukan yang lebih murah.
2. Mikroba Pelarut Fosfat
Bacillus
Alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemupukan P dan untuk mengatasi rendahnya P tersedia atau kejenuhan P dalam tanah adalah dengan memanfaatkan kelompok mikroorganisme pelarut Psebagai pupuk hayati. Mikroorganisme pelarut P adalah mikroorganisme yang dapat melarutkan P sukar larut menjadi larut, baik yang berasal dari dalam tanah maupun dari pupuk, sehingga dapat diserap oleh tanaman.
Berbagai spesies mikroba pelarut P, antara lain Pseudomonas, Microccus, Bacillus, Flavobacterium, Penicillium, Sclerotium, Fusarium, dan Aspergillus, berpotensi tinggi dalam melarutkan P terikat menjadi P tersedia dalam tanah (Alexander 1977, Illmer and Schinner 1992, Goenadi et al. 1993, Goenadi dan Saraswati 1993). Mekanisme pelarutan P dari bahan yang sukar larut terkait erat dengan aktivitas mikroba bersangkutan dalam menghasilkan enzim fosfatase dan fitase (Alexander 1977) dan asam-asam organik hasil metabolisme seperti asetat, propionat, glikolat, fumarat, oksalat, suksinat, dan tartrat (Banik and Dey 1982), sitrat, laktat, dan ketoglutarat (lllmer and Schinner 1992). Menurut Alexander (1977), mekanisme pelarutan P yang terikat dengan Fe (ferric phosphate) pada tanah sawah terjadi melalui peristiwa reduksi, sehingga Fe dan P menjadi tersedia bagi tanaman. Proses utama pelarutan senyawa fosfat-sukar larut karena adanya produksi asam organik dan sebagian asam anorganik oleh mikroba yang dapat berinteraksi dengan senyawa P-sukar larut dari kompleks Al-, Fe-, Mn-, dan Ca- (Basyaruddin 1982). Kemampuan cendawan melarutkan P lebih besar dibanding bakteri Cendawan dapat melarutkan P hingga dua kali pada pH 4,6-2,9, dan bakteri sekitar 1,5 kali pada pH 6,5-5,1 (Goenadi dan Saraswati 1993).
Penggunaan mikroba pelarut P merupakan salah satu pemecahan masalah peningkatan efisiensi pemupukan P yang aman lingkungan, yang sekaligus dapat menghemat penggunaan pupuk P.
3. Mikoriza
Mikoriza berperan meningkatkan serapan P oleh akar tanaman. Mikoriza memiliki struktur hifa yang menjalar luas ke dalam tanah, melampaui jauh jarak yang dapat dicapai oleh rambut akar. Pada saat P berada di sekitar rambut akar, maka hifa membantu menyerap P di tempat-tempat yang tidak dapat lagi dijangkau rambut akar. Daerah akar bermikoriza tetap aktif dalam mengabsorpsi hara untuk jangka waktu yang lebih lama dibandingkan dengan akar yang tidak bermikoriza (Simanungkalit 2007). Berbagai tanaman berbeda ketergantungannya terhadap mikoriza. Pada umumnya hubungan simbiosis antara tanaman dan fungi mikoriza tidak bersifat spesifik, tetapi memiliki spektrum yang luas. Sebagai contoh, 10 spesies cendawan mikoriza dapat mengkolonisasi dan efektif pada jagung dan kedelai (Simanungkalit 1997, Lukiwati dan Simanungkalit 1999). Tanaman dengan akar besar lebih tergantung pada mikoriza daripada tanaman dengan sistem akar yang memiliki rambut akar banyak dan panjang (Baylis 1970). Cendawan mikoriza dapat bersimbiosis dengan tanaman pangan, hortikultura, kehutanan, dan perkebunan.
4. Bakteri pereduksi sulfat                
Degradasi bahan organik di lingkungan anerob dapat terjadi melalui proses reduksi sulfat (Sherman et al. 1998). Reduksi sulfat hampir mencapai 100% dari total emisi CO2 dari sediment mangrove (Kristensen et al. 1991). Bakteri pereduksi sulfat yang terdiri atas genera Desulfovibrio, Desulfotomaculum, Desulfosarcina, dan Desulfococcus mempunyai kemampuan memetabolisme senyawa sederhana, seperti laktat, asetat, propionat, butirat, dan benzoat.
Perkembangan populasi bakteri reduksi sulfat terhambat pada ketersediaan sulfat di ambang batas 2-10 µM per liter. Ketersediaan Fe dan P dalam sedimen mangrove bergantung pada aktivitas bakteri pereduksi sulfat (Sherman et al. 1998). Pada saat sulfat direduksi oleh bakteri pereduksi sulfat maka senyawa sulfur H2S dan HS akan diproduksi dan bereaksi dengan Fe. Fe direduksi dari Fe(III) menjadi Fe(II), yang akan menghasilkan pirit (FeS2) dan melepas P terlarut. Bakteri pereduksi sulfat merupakan perombak bahan organik utama dalam sedimen anaerob, dan berperan penting dalam mineralisasi sulfur organik dan produksi Fe dan P mudah larut.
5. Rizobakteri penghasil zat pemacu tumbuh
Rhizobium
Beberapa spesies bakteri rizosfer (di sekitar perakaran) yang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman sering disebut Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) atau Rhizobakteria Pemacu Pertumbuhan Tanaman (RPPT). RPPT terdiri atas genus Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum, Bacillus, Arthrobacter, Bacterium, Mycobacterium, dan Pseudomonas (Tien et al. 1979, Kloepper et al. 1980, Kloepper 1983, Schroth & Weinhold 1986, Biswas et al. 2000).
Bakteri pemacu tumbuh secara langsung memproduksi fitohormon yang dapat menginduksi pertumbuhan. Peningkatan pertumbuhan tanaman dapat terjadi ketika suatu rizobakterium memproduksi metabolit yang berperan sebagai fitohormon yang secara langsung meningkatkan pertumbuhan tanaman (Tien et al. 1979, Schroth & Weinhold 1986, Zakharova et al. 1999, Maor et al. 2004). Metabolit yang dihasilkan selain berupa fitohormon, juga antibiotik, siderofor, sianida, dan sebagainya. Fitohormon atau hormon tumbuh yang diproduksi dapat berupa auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat.
Bakteri pemacu tumbuh secara tidak langsung juga menghambat patogen melalui sintesis senyawa antibiotik, sebagai kontrol biologis. Beberapa jenis endofitik bersimbiosis mutualistik dengan tanaman inangnya dalam meningkatkan ketahanannya terhadap serangga hama melalui produksi toksin, di samping senyawa anti mikroba seperti fungi Pestalotiopsis microspora, danTaxus walkchiana yang memproduksi taxol (zat antikanker) (Strobel et al. 1999).  Miles et al. (1998) melaporkan bawa endofitik Neotyphodium sp. Menghasilkan N-formilonine dan a paxiline (senyawa antiserangga hama).
6. Mikroba perombak bahan organic
Trichoderma          
Mikroorganisme perombak bahan organik merupakan aktivator biologis yang tumbuh alami atau sengaja diinokulasikan untuk mempercepat pengomposan dan meningkatkan mutu kompos. Jumlah dan jenis mikroorganime turut menentukan keberhasilan proses dekomposisi atau pengomposan. Di dalam ekosistem, mikroorganisme perombak bahan organik memegang peranan penting karena sisa organik yang telah mati diurai menjadi unsur-unsur yang dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk hara mineral N, P, K, Ca, Mg, dan atau dalam bentuk gas yang dilepas ke atmosfer berupa CH4 atau CO2. Dengan demikian terjadi siklus hara yang berjalan secara alamiah, dan proses kehidupan di muka bumi dapat berlangsung secara berkelanjutan.
Mikroba perombak bahan organik dalam waktu 10 tahun terakhir mulai banyak digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi sisa-sisa tanaman yang banyak mengandung lignin dan selulosa untuk meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah. Di samping itu, penggunaannya dapat meningkatkan biomas dan aktivitas mikroba tanah, mengurangi penyakit, larva insek, biji gulma, dan volume bahan buangan, sehingga dapat meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah.
Pengertian umum mikroorganisme perombak bahan organik atau biodekomposer adalah mikroorganisme pengurai serat, lignin, dan senyawa organik yang mengandung nitrogen dan karbon dari bahan organik (sisa-sisa organik dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah mati). Mikroba perombak bahan organik terdiri atas Trichoderma reesei, T. harzianum, T. koningii, Phanerochaeta crysosporium, Cellulomonas, Pseudomonas, Thermospora, Aspergillus niger, A. terreus, Penicillium, dan Streptomyces. Fungi perombak bahan organik umumnya mempunyai kemampuan yang lebih baik dibanding bakteri dalam mengurai sisa-sisa tanaman (hemiselulosa, selulosa dan lignin). Umumnya mikroba yang mampu mendegradasi selulosa juga mampu mendegradasi hemiselulosa (Alexander 1977). Menurut Eriksson et al. (1989), kelompok fungi menunjukkan aktivitas biodekomposisi paling nyata, yang dapat segera menjadikan bahan organik tanah terurai menjadi senyawa organik sederhana, yang berfungsi sebagai penukar ion dasar yang menyimpan dan melepaskan hara di sekitar tanaman.
Beberapa enzim yang terlibat dalam perombakan bahan organik antara lain adalah β-glukosidase, lignin peroksidase (LiP), manganese peroksidase (MnP), dan lakase, selain kelompok enzim reduktase yang merupakan penggabungan dari LiP dan MnP, yaitu enzim versatile peroksidase. Enzimenzim ini dihasilkan oleh Pleurotus eryngii, P. ostreatus, dan Bjekandera adusta (Lankinen 2004). Selain mengurai bahan berkayu, sebagian besar fungi menghasilkan zat yang besifat racun, sehingga dapat dipakai untuk menghambat pertumbuhan/perkembangan organisme pengganggu, seperti beberapa strain T. harzianum yang merupakan salah satu anggotaAscomycetes. Apabila kebutuhan karbon (C) tidak tercukupi, fungi tersebut akan menghasilkan racun yang dapat menggagalkan penetasan telur nematoda. Meloidogyn javanica (penyebab bengkak akar), sedangkan bila kebutuhan C tercukupi akan bersifat parasit pada telur atau larva nematoda tersebut. Fungi Zygomycetes (Mucorales) sebagian besar berperan sebagai pengurai amylum, protein, lemak, dan hanya sebagian kecil yang mampu mengurai selulosa dan khitin.
Pemanfaatan mikroorganisme perombak bahan organik yang sesuai dengan substrat bahan organik dan kondisi tanah merupakan alternatif yang efektif untuk mempercepat dekomposisi bahan organik dan sekaligus sebagai suplementasi pemupukan. Proses perombakan bahan organik yang terjadi secara alami akan membutuhkan waktu relatif lama (2 bulan) sangat menghambat penggunaan bahan organik sebagai sumber hara. Apalagi jika dihadapkan kepada tenggang waktu masa tanam yang singkat, sehingga pembenaman bahan organik sering dianggap kurang praktis dan tidak efisien. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan inokulasi mikroba terpilih guna mempercepat proses perombakan bahan organik. Percepatan perombakan sisa hasil tanaman dapat meningkatkan kandungan bahan organik dan ketersediaan hara tanah, sehingga masa penyiapan lahan dapat lebih singkat dan mempercepat masa tanam berikutnya, yang berarti akan meningkatkan intensitas pertanaman. Inokulan perombak bahan organik telah tersedia secara komersial dengan berbagai nama, seperti EM-4, Starbio, M-Dec, Stardek, dan Orgadek.
Jenis Mikroba penyubur tanah lainnya adalah:
1.       Azotobacter SP
Berfungsi untuk melindungi atau menyelimuti hormon tumbuhan dan juga berfungsi sebagai mikroba penambat N (nitrogen) dari udara bebas.                        
2.      Azoospirilium SR
Berfungsi sebagai penambat N (nitrogen) dari udara bebas untuk diserap oleh tanaman.                                             
3.      Selulolitik
Menghasilkan enzim selulose yang berguna dalam proses pembusukan bahan organik.
4.      Rill kroba Pelarut Fosfat
Berfungsi untuk melarutkan fosfat yang terikat dalam mineral Hat tanah menjadi senyawa yang mudah diserap oleh tanaman, selain itu dapat membantu proses dekomposisi.
5.      Pseudomonas sp
Dapat menghasilkan enzim pengurai yang disebut lignin berfungsi juga untuk memecah mata rantai dari zat-zat kimia yang tidak dapat terurai oleh mikroba lainnya.
6.      Nitrosococcus
 Merupakan bakteri yang memiliki metabolisme berbasis oksigen. Berperan dalam proses penambahan kesuburan tanah (membentuk humus).
7.      Nitrosomonas
Merupakan sebuah bakteri berbentuk batang yangterdiri dari genuschemoautotrophic, berperan dalam prosesnitrifikasi menghasilkan ion nitrat yang dibutuhkan tanaman.


                 
 













BAB III
PENUTUP
Kesimpulan 
Ø  Tanah merupakan suatu komponen penting dalam modal dasar pertanian. Sifat, ciri dan tingkat kesuburan (produktivitas) nya, tanah sangat dipengaruhi oleh sifat kimia,fisika dan biologi tanah. 
Ø  Biologi tanah adalah ilmu yang mempelajari mahluk-mahluk hidup didalam tanah. 
Ø   “Kehidupan dalam tanah menyangkut kegiatan jasad hidup dalam tanah dan peranannya serta peranan bio organisme dengan segala sifat dan ciri-cirinya ”.  Terbagi atas: 
a.       Makrofauna: hewan besar penghuni tanah yaitu hewan besar pelubang tanah, cacing tanah, arthropoda dan molusca (gastropoda). 
b.      Mikro fauna: hewan berukuran mikroskopis yang hidup di dalam tanah yaitu protozoa, nematoda. 
c.       Makroflora: merupakan tanaman tanaman yang mempunyai akar yang besar yang dapat menembus kedalam tanah, misalnya berbagai macam jenis pepohonan.. 
d.      Mikro flora: yaitu jenis-jenis flora berukuran mikroskopis yang hidup di dalam tanah misalnya fungi, bakteri, actinomycetes, dan algae. 


                                      






DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya, Isa. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press.                       Yogyakarta
Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. CV. Akademika Pressindo. Jakarta
Lynch, J. M. 1983. Soil Biotecnology, Microbiologycol Factors in Crop Production. Blackwell Scientific Publication. Oxford London. 
Ma’shum, M., Soedarsono, J., Susilowati, L. E. 2003. Biologi Tanah. CPIU Pasca IAEUP, Bagpro Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia, Ditjen Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Sutedjo, Mul Mulyani dan Kartasapoetra. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. PT. RINEKA CIPTA. Jakarta 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar