Kamis, 15 Oktober 2015

kompetisi



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

      Kompetisi merupakan bentuk interaksi antara tumbuhan baik dalam suatu populasi yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam yang dikompetisikancontohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh.Persaingan tidak selalu mudah, dan dapat terjadi di kedua individu secara langsung dan tidak langsung. Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat negatif atau menghambat pertumbuhan individu-individu yang terlibat.
      Adanya lebih dari satu spesies dalam suatu habitat menaikkan ketahanan lingkungan kapanpun dan dimanapun spesies lain bersaing secara serius dengan spesies pertama untuk beberapa sumber penting, hambatan pertumbuhan terjadi dalam kedua spesies. Hukum Gause menyatakan bahwa tidak ada spesies dapat secara tak terbatas menghuni ceruk yang sama secara serentak. Salah satu dari spesies-spesies itu akan hilang atau setiap spesies menjadi makin bertambah efisien dalam memanfaatkan atau mengolah bagian dari ceruk tersebut dengan demikian keduanya akan mencapai keseimbangan. Dalam situasi terakhir, persaingan interspesifik berkurang karena setiap spesies menghuni suatu ceruk mikro yang terpisah.
      Persaingan diantara tanaman kacang hijau dengan loncang secara tidak langsung terbawa oleh modifikasi lingkungan. Dalam tanah, sistem-sistem pada tumbuhan, misalnya akar, akan bersaing untuk mendapatkan air dan bahan makanan dimana ruang menjadi faktor yang penting mengingat tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup yang tidak dapat bergerak. Kacang hijau sendiri mempunyai bakteri pengikat nitrogen yang peranannya terhadap pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan masalah ketersediaan hara bagi tanaman inangnya serta bersimbiosis secara mutualisme, yaitu bakteri Rhizobium leguminosarum. Adanya bakteri pengikat nitrogen pada tanaman kacang hijau menyebabkan tanah disekitar tanaman terkandung nitrogen. Hal ini dapat menimbulkan adanya kompetisi pada kedua tanaman yang berbeda jenis untuk dapat tumbuh secara optimal.
























Tujuan

·        Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang hijau dan tanaman loncang pada persaingan beda jenis yang ditanam pada waktu dan tempat yang sama.
·        Mengetahui dan mempelajari begitu pentingnya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pada persaingan beda jenis.

Manfaat/Kegunaan

·         Dapat menanam dua jenis tanaman dalam suatu tempat yang sama dengan jarak tertentu.
·         Dapat mencukupi ketersediaan air yang dibutuhkan bagi kedua tanaman agar tidak mengakibatkan kompetisi yang mencolok














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.               Botanis tanaman kacang hijau

1.1  Klasifikasi tanaman

Kerajaan   : Plantae
Divisi        : Magnoliophyta (Angiospermae)
Kelas        : Magnoliopsida (Dicotiledon)
Ordo         : Fabales/Rosales
Famili       : Fabaceae/Leguminosae (Keluarga kacang-kacangan)
Sub-famili : Faboideae (Papilionaceae)
Genus        : Phaseolus
Spesies     : P. radiatus L.
(Gembong, 2004; Leni, 2012)

1.2  Morfologi tanaman

      Susunan tubuh tanaman kacang hijau terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji (Rocky, 2013). Tanaman kacang hijau berakar tunggang, dengan cabang-cabang sempurna yang meluas (Soeprapto & Tatang, 1990), serta membentuk bintil-bintil (nodula) akar. Makin banyak nodula akar, makin tinggi kandungan nitrogen sehingga dapat menyuburkan tanah (Rocky, 2013). Sistem perakaran tanaman kacang hijau dibagi menjadi dua, yaitu mempunyai banyak cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar (mesophytes) dan memiliki akar cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah (xerophytes) (Chasan, 2010). Kacang hijau berbatang tegak, dengan cabang-cabang yang menyebar (Soeprapto & Tatang, 1990). Batang tanaman yang berukuran kecil berbulu, berwarna hijau kecoklat-coklatan, atau kemerah-merahan (Rocky, 2013). Tumbuh tegak mencapai ketinggian 30 cm – 110 cm dan bercabang menyebar ke semua arah (Soeprapto & Tatang, 1990). Daunnya tumbuh secara majemuk, tiga helai anak daun per tangkai yang terangkai menjadi satu. Helai daun berbentuk oval dengan ujung lancip dan berwarna hijau. Bunga kacang hijau berkelamin sempurna (hermaphrodite), berebentuk kupu-kupu dan berwarna kuning (Rocky, 2013).

     Proses penyerbukan bunga terjadi pada malam hari sehingga pada pagi harinya bunga akan mekar dan pada sore hari menjadi layu (Chasan, 2010). Buahnya termasuk buah kering, berbentuk polong, bulat, dengan panjang 6 – 15 cm. Dalam setiap polong terdapat 6 – 16 biji yang berbentuk bulat, agak memanjang dan umumnya berukuran kecil dibandingkan dengan biji kacang-kacangan lainnya (Soeprapto & Tatang, 1990). Polong muda berwarna hijau, setelah tua berubah menjadi kehitaman atau kecokelatan. Polongnya mempunyai rambut-rambut pendek atau berbulu (Chasan, 2010). Bobot (berat) tiap butir kacang hijau berkisar antara 0,5 mg – 0,8 mg atau berat per 1000 butir antara 36 g – 78 g (Rocky, 2013). Biji kacang hijau sering dibuat kecambah atau tauge (Chasan, 2010).
      Tanaman kacang hijau dikenal dengan green gram, golden gram, mungo dan mung. Selain itu, tanaman ini memiliki beberapa varietas-varietas atau galur-galur yang merupakan tipe tanaman dengan keragaman yang luas (Soeprapto & Tatang, 1990). Misalnya varietas Murai, Perkutut, Kenari, Sampeong dan Sriti (Anonim, 2012).

1.3  Syarat tumbuh tanaman

      Tanaman kacang hijau merupakan tanaman tropis yang menghendaki cuaca yang panas selama hidupnya. Menyukai tanah lempung hingga berhumus tinggi (menyukai bahan organik tinggi), gembur serta aerasi dan drainase yang baik (Anonim, 2012). Dapat tumbuh di seluruh wilayah Indonesia. Selain pada dataran rendah, tanaman ini masih dapat tumbuh baik hingga ketinggian berkisar 500 m dpl. dengan pH sekitar pH 5,8 – pH 6,5 (Soeprapto & Tatang, 1990). Sedangkan pH yang optimal untuk dapat menumbuhkan tanaman kacang hijau baik berkisar pH 6,7 (Anonim, 2012).
      Tanaman kacang hijau dapat tumbuh di daerah-daerah dengan curah hujan rendah dengan memanfaatkan sisa-sisa kelembaban pada tanah bekas tanaman yang diairi, contohnya tanaman padi (Soeprapto & Tatang, 1990). Curah hujan yang optimal adalah 50 – 200 mm/bln dengan temperatur 25˚ – 27˚ C dengan kelembaban udara 50 – 80% dan cukup mendapat sinar matahari (Anonim, 2012). Maka dari itu tanaman kacang hijau dapat ditanam sesudah panen tanaman padi baik di sawah maupun tanah tegalan (Soeprapto & Tatang, 1990).

B.   Botanis tanaman loncang

2.1  Klasifikasi Tanaman

Kerajaan   : Plantae
Divisi        : Magnoliophyta/Spermatophyta (Angiospermae)
Kelas        : Liliopsida (Monocotiledon)
Ordo         : Liliales
Sub-ordo  : Liliflorae
Famili       : Liliaceae (Keluarga bawang-bawangan)
Genus       : Allium
Spesies     : A. fistulosum L.
(Rahmat, 1995; Gembong, 2004)

2.2  Morfologi Tanaman

      Struktur tubuh tanaman loncang terdiri atas: akar, batang semu, dan daun. Di samping itu, pada stadium reproduktif dapat menghasilkan bunga dan biji (Rahmat, 1995). Bentuk dan anatomi loncang tidak banyak berbeda dari saudaranya, bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum L. atau Allium ascalonicum L.) dan bawang putih (Allium sativum L.), hanya saja loncang tidak membentuk umbi (Rismunandar, 1989). Loncang termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya termasuk akar serabut yang terpencar ke segala arah pada kedalaman 15 – 30 cm (Rahmat, 1995).
       Batang semu terbentuk dan tersusun dari pelepah-pelepah daun yang saling menutupi. Bagian batang semu yang tertimbun tanah umumnya berwarna putih bersih, sedangkan batang semu yang terletak di permukaan tanah berwarna hijau keputih-putihan. Sifat hidup tanaman ini merumpun, yakni membentuk anakan-anakan yang baru (Rahmat, 1995).
      Bentuk daun dari tanaman loncang ialah berbentuk pipa dan berlilin (Rismunandar, 1989). Dibedakan menjadi dua macam, yaitu bulat panjang di dalamnya berlubang seperti pipa, dan panjang pipih tidak berlubang. Warna daun umumnya hijau-muda sampai hijau-tua. Panjang daun sangat bervariasi antara 18 – 30 cm atau lebih, tergantung varietas dan kesuburan pertumbuhannya (Rahmat, 1995).
      Tangkai bunga muncul dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30 – 90 cm. Secara keseluruhan, bentuk bunga loncang seperti payung (umbrella). Bunga loncang dapat menyerbuk sendiri ataupun silang dengan bantuan serangga lalat-hijau ataupun dengan bantuan manusia, sehingga menghasilkan buah dan biji. Biji loncang nampaknya kecil, pipih, serta berwarna hitam. Biji ini dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Rahmat, 1995). Walaupun dapat dengan mudah berbunga dan menghasilkan biji, tidak ada seorangpun petani-pun yang memikirkan untuk menanam loncang melalui biji. Memperbanyak loncang dengan cara mengoyak anak-anak tanamannya (Rismunandar, 1989).
      Sebagian marga dari jenis Allium terutama loncang, tidak memiliki akar tunggang. Perakarannya berbentuk serabut yang tidak panjang, dan tidak dalam berada di bawah tanah. Oleh karena sifat inilah, marga Allium tidak tahan terhadap kekurangan air, sedangkan kebutuhan terhadap air untuk pertumbuhannya (membentuk umbi) cukup banyak. Umbi yang terlihat ialah semu, hanya pembengkakan batang pada bagian bawah tanaman. Loncang tidak mengenal musim hujan dan musim kering. Asal ada air, ia mau tumbuh terus. Umurnya dapat panjang, namun petani loncang senantiasa memperpendek umurnya (Rismunandar, 1989)

2.3  Syarat Tumbuh Tanaman

      Tanaman loncang menghendaki tanah yang cerul dan banyak humus. Banyak membutuhkan air, akan tetapi tidak menyukai air yang menggenang. Membutuhkan lahan yang cerah dengan pH yang berkisar antara pH 5 – pH 7 (Rismunandar, 1989).
      Loncang dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi. Dataran rendah yang terlalu dekat pantai bukanlah lokasi yang tepat karena pertumbuhan loncang yang optimal berada pada ketinggian sekitar 250 1.500 m dpl. Di daerah dataran rendah produksi anakan kurang produktif. Curah hujan yang tepat berkisar 1.500 2.000 mm/tahun. Daerah tersebut sebaiknya juga memiliki suhu udara harian 18°25°C. Tanah dengan pH netral (sekitar pH 6,5 – pH 7,5) cocok untuk budi daya loncang. Bila tanah bersifat asam lakukan pengapuran pada saat pengolahan tanah. Jenis tanah yang cocok ialah tanah andosol (tanah bekas lahan gunung berapi) dan tanah lempung yang mengandung pasir (Rahmat, 1995). 

C.   Pertumbuhan Tanaman

3.1  Definisi Pertumbuhan Tanaman

      Pertumbuhan dalam arti terbatas, menunjuk pada perambahan ukuran yang tidak dapat balik, mencerminkan bertambahnya protoplasma, yang mencerminkan pertambahan protoplasma. Pertumbuhan tanaman ditunjukkan oleh pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik. (Harjadi & Sri, 1979)
      Pertumbuhan tanaman dalam arti umum adalah  proses perubahan biologis yang terjadi pada makhluk hidup yang meliputi perubahan ukuran berupa pertambahan tinggi, besar dan berat. Pertumbuhan bersifat kwantitatif, artinya dapat diukur dan dilihat langsung. Alat yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan pada tanaman disebut auksanometer (busur tumbuh). Pertumbuhan juga bersifat irreversibel, artinya tidak berubah kembali ke asal, karena makhluk hidup yang sudah mengalami pertumbuhan tidak akan mengecil kembali (Ewintri, 2012).
      Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan diawali dari proses perkecambahan (semai muda). Pertumbuhan pada tanaman dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : 
1.      Pertumbuhan Primer
      Yaitu pertumbuhan yang terjadi sebagai akibat pembelahan sel-sel penyusun jaringan meristem (jaringan yang sel-sel penyusunnya selalu aktif membelah), terjadi pada ujung akar dan ujung batang, pertumbuhan primer menyebabkan pertumbuhan akar dan batang memanjang, jaringan meristem yang tumbuh memanjang disebut meristem apikel, kecepatan pertumbuhan akar tidak sama. Bagian akar yang paling cepat tumbuh adalah pada bagian tepat dibelakang titik tumbuh yang terdapat di ujung akar. Makin jauh dari ujung akar, pertumbuhannya makin lambat.
2.      Pertumbuhan Sekunder
      Pertumbuhan yang terjadi sebagai akibat aktifitas titik tumbuh sekunder, yaitu kambium. Jadi pertumbuhan sekunder hanya terjadi pada tumbuhan yang memiliki kambium, misalnya pohon yang tergolong tumbuhan dikotil (mangga, rambutan dsb). Selain itu, pertumbuhan sekunder menyebabkan akar dan batang membesar, jaringan meristem yang tumbuh membesar disebut meristem lateral, serta kecepatan pertumbuhan sekunder pada akar dan batang lebih cepat pada musim hujan dari pada musim kemarau.  Perbedaan kecepatan pertumbuhan ini dapat dilihat pada lingkaran tahun. (Ewintri, 2012)


3.2  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman

      Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup merupakan hasil interaksi antara faktor dari dalam tubuh makhluk itu sendiri (internal) dan faktor yang berasal dari luar tubuh (eksternal). (Ewintri, 2012)
Faktor internal meliputi:
·         Genetik, atau faktor pembawa sifat menurun yang terdapat di dalam setiap sel makhluk hidup.
·         Hormon, atau disebut zat tumbuh, senyawa organik (zat kimia) yang terdapat pada makhluk hidup yang mempengaruhi reproduksi, metabolisme serta pertumbuhan dan perkembangan.
Faktor eksternal meliputi:
·         Air, air sangat berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman itu sendiri. Ketersediaan air dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal tanah maupun eksternal seperti iklim. Dalam tanah keberadaan air sangat diperlukan oleh tanaman yang harus tersedia untuk mencukupi kebutuhan untuk evapotranspirasi dan sebagai pelarut, bersama-sama dengan hara terlarut membentuk larutan tanah yang akan diserap oleh akar tanaman. Tanaman mendapatkan air dari tanah dan sedikit saja yang berasal dari udara, misalnya embun dan kabut. Dalam tanah, tidak semua air tersedia bagi tanaman. Air yang tertinggal dalam tanah, yang tidak tersedia bagi tanaman dikenal sebagai air higroskopis.
·         Tanah, merupakan sumber utama zat hara untuk tanaman dan tempat sejumlah perubahan penting dalam siklus pangan. Susunan anorganik dalam tanah yang dibentuk dari pelapukan padas, pelapukan bahan organik dan pengkristalan mineral-mineral.(Dista, 2014)
·         Nutrisi, pada tumbuhan nutrisi yang diperlukan berupa air dan zat-zat hara yang terlarut didalamnya yang dirubah melalui proses fotosintesis menjadi zat-zat makanan.
·         Lingkungan, faktor lingkungan yang berperan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah suhu udara, cahaya, dan kelembaban.(Ewintri, 2012).

D.   Persaingan Beda Jenis (Interspesifik)

4.1  Definisi Persaingan Beda Jenis

      Persaingan merupakan interaksi antara organisme atau spesies, di mana kebugaran satu diturunkan oleh kehadiran yang lain. Persaingan tidak selalu mudah, dan dapat terjadi di kedua secara langsung dan tidak langsung. Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat negatif atau menghambat pertumbuhan individu-individu yang terlibat. (Wurttemberg, 1994)
      Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama (intraspesific competition atau sering dikenal dengan istilah monospesies), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesific competition atau heterospesies). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda. (Campbell, 2002)
      Persaingan yang dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsur hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya. (Indriyanto, 2006)
      Organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua individu mencoba menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber yang dipersaingkan oleh individu adalah untuk hidup dan bereproduksi, contohnya makanan, oksigen, dan cahaya. (Naughton, 1998)
      Adanya lebih dari satu spesies dalam suatu habitat menaikkan ketahanan lingkungan kapan pun spesies lain bersaing secara serius dengan spesies pertama untuk beberapa sumber penting, hambatan pertumbuhan terjadi dalam kedua spesies. Hukum Gause menyatakan bahwa tidak ada spesies dapat secara tak terbatas menghuni tempat yang sama secara serentak. Salah satu dari spesies-spesies itu akan hilang atau setiap spesies menjadi makin bertambah efisien dalam memanfaatkan atau mengolah bagian dari lahan tersebut, dengan demikian keduanya akan mencapai keseimbangan. Dalam situasi terakhir, persaingan interspesifik berkurang karena setiap spesies menghuni suatu lahan mikro yang terpisah. (Michael, 1994)
      Persaingan diantara tumbuhan secara tidak langsung terbawa oleh modifikasi lingkungan. Di dalam tanah, sistem-sistem akan bersaing untuk mendapatkan air dan bahan makanan, dan karena mereka tak bergerak, ruang menjadi faktor yang penting. Di atas tanah, tumbuhan yang lebih tinggi mengurangi jumlah sinar yang mencapai tumbuhan yang lebih rendah dan memodifikasi suhu, kelembapan serta aliran udara pada permukaan tanah (Michael, 1994).

4.2  Kompetisi Faktor Pertumbuhan

4.2.1   Kompetisi Unsur Hara dan Air

      Apabila dua atau lebih tanaman ditanam dengan jarak yang cukup dekat dan ketersediaan unsur hara dan air terbatas, maka kompetisi akan faktor tersebut akan terjadi. Karaena kebutuhan tanaman akan jenis unsur hara dan air dapat berbeda diantara jenis tanaman,maka intensitas kompetisi dapat berbeda diantara jenis faktor tersebut untuk suatu kombinasi jenis tanaman. Perbedaan intensitas kompetisi untuk suatu jenis faktor ini juga dapat terjadi diantara umur tanaman karena tingkat kebutuhan yang berbeda dengan waktu sesuai dengan peerkembangan tanaman. Hal ini telah digunakan sebagai suatu dasar untuk memilih kombinasi spesies tanaman dalam budidaya sistem tumpangsari. Organ yang terlibat langsung dalam kompetisi unsur hara dan air terutama adalah akar, sehingga gaya kompetitif tanaman akan ditentukan sifat akar, dalam penyerapan unsur hara dan air.

4.2.2   Kompetisi Cahaya

       Kompetisi untuk  cahaya berbeda prosesnya dengan kompetisi untuk unsur hara dan air yang sifatnya aktif. Tanaman menerima cahaya yang datang apa adanya . Sehingga, kompetisi cahaya dalam waktu singkat lebih banyak bersifat pasif dimana suatu tanaman tidak melancarkan gaya untuk mendapatkan cahaya yang banyak. Fenomena kompetisi cahaya yang umum terjadi adalah bahwa suatu tanaman menaungi tanaman lain, atau suatu daun menaungi daun lain pada tanaman yang sama.Keadaan demikian terjadi hampir pada semua pertanaman atau tanaman, dan alfa hanya pada awal pertumbuhan atau pada kondisi pertumbuhan yang terhambat karena faktor pembatas lain seperti air dan unsur hara. (Bambang Guritno, 1995)

4.2.3   Pengaruh Kompetisi

      Bentuk interaksi tanaman yang umum terjadi dalam sistem tumpangsari dapat dibagi kedalam tiga tipe.
      Pertama adalah kompetisi yang mengakibatkan hasil dari masing-masing spesies tanaman dalam tumpangsari lebih rendah dari hasil yang diharapkan. Ini berarti bahwa tanaman mengalami proses saling menghambat.
      Kedua adalah kompetisi yang mengakibatkan hasil sesungguhnya dari masing-masing spesies tanaman lebih besar dari hasil yang diharapkan. Dalam keadaan demikian, tanaman tentu mengalami proses saling mengisi atau saling kerjasama, suatu fenomena yang bukan tidak mungkin terjadi.
      Ketiga yang paling umum terjadi, adalah kompetisi yang mengakibatkan hasil sesungguhnya lebih rendah dari hasil yang diharapkan untuk suatu spesies, dan sebaliknya lebih tinggi dari hasil yang diharapkan untuk spesies lain yang dikenal dengan peristiwa kompensasi. Peristiwa terakhir ini tentu adalah akibat kemampuan kompetisi yang berbeda diantara kedua spesies. Tanaman dengan kemampuan kompetitif yang tinggi dan rendah dikenal dengan beberapa nama seperti “dominant vs recessive” dan “aggressife vs suppressive”. (Bambang Guritno, 1995)

4.3 Biomassa Tanaman
      Pengertian biomassa dapat dilacak dari arti asal katanya (bio dan massa), se-hingga biomassa tanaman adalah massa bagian hidup tanaman. Massa (mass) me-ngandung pengertian yang sama dengan yang terdapat dalam fisika yaitu suatu para-meter kepadatan dari suatu benda atau zat yang memberikan ukuran percepatannya bila suatu gaya diberikan. Dengan demikian biomassa tanaman adalah bahan hidup yang dihasilkan tanaman yang bebas dari pengaruh gravitasi, sehingga bersifat kon-stan, tidak seperti berat yang tergantung pada tempat penimbangan yang berhubungan dengan gaya gravitasi. Bobot sering juga digunakan untuk menyatakan berat dalam hal berat tanaman. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa taksiran biomassa (berat) ta-naman relatif mudah diukur dan merupakan integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya. Sehingga parameter ini barangkali sebagai indika-tor pertumbuhan yang paling representatif apabila tujuan utama adalah untuk menda-patkan penampilan keseluruhan pertumbuhan tanaman atau suatu organ tertentu.
      Pengukuran biomassa tanaman dapat dilakukan melalui penimbangan bahan tanaman yang sudah dikeringkan, tetapi data biasanya disajikan dalam satuan berat yang akan proporsional dengan biomassa apabila tempat yang sama digunakan selama penimbangan.
      Prinsip pengeringan adalah bahwa aktivitas metabolisme harus segera dihen-tikan yang berarti bahwa suhu maksimum pengeringan harus dicapai dalam jangka waktu yang singkat merata pada semua bagian bahan. Ini dapat dicapai hanya dengan pengeringan bahan yang sejenis seperti bagian daun, bagian batang, dan akar, akan dapat mengatasi sebagian masalah pengeringan disamping adanya keuntungan akan tambahan informasi. Tempat bahan dalam pengeringan juga perlu dipilih dari jenis yang tidak mudah terbakar. Kantong kertas yang tebal seperti yang dibuat dari kertas semen biasanya cukup baik untuk tempat pengeringan. (Bambang Guritno, 1995)






                                                           






BAB III
METODE PERCOBAAN

A.     Waktu dan Tempat Percobaan

      Percobaan ini dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Tidar yang dimulai dari tanggal 22 September 2014 sampai dengan 1 Desember 2014. Percobaan ini dilakukan pada pukul 13.30 sampai 15.00 WIB.

B.  Bahan dan Alat Percobaan

      Bahan yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya yaitu bibit tanaman loncang dan kacang hijau, polibag, tanah, air, bambu ajir dan label. Sedangkan alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah ember, cetok, penggaris, alat tulis, staples dan spidol.

C. Metode Percobaan
    
Metode percobaan praktikum ini dilakukan dengan tiga perlakuan.
-          Perlakuan Pertama (3.1), yaitu polibag ditanami dengan satu bibit loncang dan satu bibit kacang hijau.
-          Perlakuan Kedua (3.2), yaitu polibag ditanami dengan dua bibit loncang dan dua bibit kacang hijau.
-          Perlakuan Ketiga (3.3), yaitu polibag ditanami dengan tiga bibit loncang dan tiga bibit kacang hijau.
-          Pengambilan data berupa hasil pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun yang dilakukan setiap minggu, pada hari Senin, dari minggu pertama hingga minggu kesembilan. Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan metode statistik. Rata-rata hasil pengamatan selanjutnya akan dibuat grafik dan histogram.
D. Tahapan Percobaan

a)      Persiapan Media Tanam

      Tahap persiapan media tanam dilakukan pada tempat terbuka yang sedikit ternaungi, di wilayah sekitar Laboratorium Rumah Kaca Universitas Tidar. Tahapan pertama adalah tanah dimasukkan kedalam 11 polibag yang telah disediakan, kurang lebih tiga perempat dari polibag, kemudian polibag-polibag tersebut diberi kode dengan label, masing-masing polibag diberikan kode 3.1.1; 3.1.2; 3.1.3; 3.2.1; 3.2.2; 3.2.3; 3.3.1; 3.3.2; dan 3.3.3. Terdapat dua polibag yang tidak diberi kode sebagai cadangan. Setelah semua polibag terisi tanah dan diberi kode maka selanjutnya tanah dalam polibag tersebut di-siram dengan air kran dan didiamkan selama seminggu agar suhu pada tanah polibag stabil dan mudah untuk ditanami.

b)      Penanaman

      Setelah tanah polibag yang didiamkan selama seminggu, biji-biji yang akan ditanam dipilih terlebih dahulu. biji yang baik untuk ditanam yaitu biji yang tidak retak atau tidak cacat. Kemudian biji yang sudah dipilih direndam air 10 menit. Biji yang tenggelam baik untuk ditanam.Begitu pula dengan loncang. Bibit loncang yang akan ditanam dipilih terlebih dahulu dengan ukuran tubuh yang sama. Setelah itu biji dan bibit ditanam di dalam polibag berisi tanah yang telah dipersiapkan, tiga polibag pertama di tanam satu biji kacang hijau dan bibit loncang, tiga polibag kedua di tanam dua biji kacang hijau dan bibit loncang, tiga polibag ketiga di tanam tiga biji kacang hijau dan bibit loncang, untuk cadangan ditanami sisa-sisa biji kacang hijau dan bibit loncang. Selanjutnya polibag-polibag tersebut disiram dengan air kran.




c)      Tahap Pemeliharaan

      Tahap pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan, pengendalian hama dan pengajiran, diantaranya:
·         Penyiraman
      Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari, terutama ketika tanah terlihat mengering dengan menggunakan air kran. Banyaknya air yang digunakan untuk menyiram disesuaikan dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman di jaga agar tanah selalu lembab. Penyiraman tidak dilakukan ketika hujan mengguyur tanaman karena tanah yang terlalu lembab mengakibatkan bibit mudah terserang jamur dan membusuk.
·         Penyiangan
      Pada proses ini penyiangan dilakukan pada tanaman percobaan ketika muncul gulma yang tidak dikehendaki disekitar tanaman percobaan. Gulma-gulma yang tumbuh dicabut sejak kecil agar zat hara yang terdapat pada polibag tidak diserap oleh gulma. Gulma yang tumbuh pada polibag teridentifikasi, termasuk dalam keluarga Gramineae/Poaceae (keluarga rumput -rumputan).
·         Pengendalian Hama
      Pengendalian hama dilakukan dengan cara mengambil secara manual hama yang menyerang tanaman percobaan ataupun dengan obat kimia. Pada perlakuan ini, tanaman percobaan telah disemprot dengan obat anti hama. Akan tetapi pada proses pemanenan, ditemukan adanya hama menyerang akar tanaman berupa kumbang.


·         Pengajiran
      Pada perlakuan ini, tanaman kacang hijau dan loncang diberi ajir supaya tidak  roboh.

E.               Parameter Pengamatan

      Parameter pengamatan dilakukan pada tanaman  kacang hijau dan loncang yang berkode yang ada pada setiap perlakuan. Parameter yang diambil adalah sebagai berikut:q    
1.         Tinggi Tanaman (cm)
      Pengukuran tinggi tanaman loncang dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman mulai dari pangkal tanaman sampai pada puncak tertinggi tanaman,sedangkan pada kacang hijau diukur sampai titik tumbuh. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap seminggu sekali, dari minggu pertama hingga minggu kesembilan.
3.      Jumlah Daun (helai)
      Jumlah daun diketahui dengan cara menghitung daun yang terbentuk pada setiap tanaman. Perhitungan jumlah daun dilakukan setiap seminggu sekali, dari minggu pertama sampai minggu kesembilan, perhitungan jumlah daun ini bersamaan dengan pengukuran tinggi tanaman.
4.      Panjang akar terpanjang (cm)
      Pengukuran panjang akar terpanjang dilakukan setelah tanaman dipanen dan akar dibersihkan dari tanah yang menempel. Panjang akar terpanjang diketahui dengan mengukur panjang akar mulai dari leher akar hingga akar yang terpanjang.
5.      Berat basah akar (g)
      Penimbangan akar dilakukan pada saat akar masih segar yaitu setelah tanaman dipanen. Akar yang telah dipisahkan dari tanaman bagian atas di-bersihkan dari tanah yang menempel. Akar yang sudah dibersihkan kemudian ditimbang dengan timbangan digital.
6.      Berat Kering Akar (g)
      Akar yang telah diketahui berat basahnya dimasukkan kedalam kantong koran, kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 60°C-80°C sampai tanaman kering (2x24 jam). Akar yang telah kering kemudian ditimbang dengan timbangan digital pula.
7.      Berat Basah Bagian Atas / Berat Basah Brangkasan Atas (g)
      Penimbangan bagian atas tanaman (batang, daun, bunga, buah muda) dilakukan pada saat tanaman bagian atas masih segar yaitu setelah tanaman dipanen. Tanaman bagian atas yang telah dipisahkan dari akarnya kemudian ditimbang dengan timbangan digital.
8.      Berat Kering Tanaman Bagian Atas / Berat Basah Brangkasan Atas (g)
      Tanaman bagian atas yang telah diketahui berat basahnya kemudian di-masukkan kedalam kantung koran, kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 60°C-80°C sampai tanaman kering (2x24 jam), sampai  diperoleh berat konstan. Tanaman bagian atas yang telah kering kemudian ditimbang dengan timbangan digital.
9.      Pengamatan visual
      Pengamatan visual ini dilakukan pada saat pemanenan atau setelah pemanenan. Pengamatan visual ini meliputi tinggi tanaman, warna daun, kekekaran batang, ada tidaknya bunga dan buah serta distribusi akar. Kegiatan ini dilakukan pada semua tanaman yang berkode.

F.                Tahapan Pemanenan

1.        Waktu dan Tempat Pemanenan
      Pemanenan dilakukan di Laboratorium Rumah Kaca Universitas Tidar pada hari Senin tanggal 1 Desember 2014, kemudian diukur dan ditimbang di Laboratorium Tanah Universitas Tidar.

2.        Bahan dan Alat
      Bahan yang disiapkan untuk pemanenan yaitu alat tulis, kantung koran untuk wadah sebelum dimasukkan kedalam oven dan label sebagai penanda. Sedangkan alat yang digunakan adalah ember, cutter, penggaris/metline, timbangan digital, oven dan spidol untuk penanda.

3.        Tahapan Pemanenan:
1.      Menyiram media tanam secukupnya
2.      Mengamati secara visual, diantaranya warna daun, warna batang, lebar / tipisnya daun, kekekaran batang, ada tidaknya bunga, buah, hama / penyakit, kemudian dicatat.
3.      Mengukur tinggi tanaman dan menghitung jumlah daun, sebagai data mingguan terakhir sebelum dipanen.
4.      Menyobek polybag perlahan-lahan lalu memisahkan media dari akar tanaman.
5.      Mencuci akar sampai tidak ada tanah yang menempel, lalu ditiriskan.
6.      Mengukur panjang akar terpanjangnya.
7.      Memisahkan akar dari bagian atas tanaman dengan cara memotong pada batas leher akar.
8.      Menimbang masing-masing bagian atas tanaman dan akar untuk mendapatkan data berat basah brangkasan bagian atas dan berat basah akar, dengan menggunakan timbangan digital.
9.      Memasukkan masing-masing bagian-bagian dalam kantung koran, lalu memberikan tanda dengan spidol. Setelah itu masukkan dalam oven.
10.  Setelah dioven, menimbang berat keringnya dengan menggunakan timbangan digital.
11.  Menyiapkan tabel parameter, meliputi tinggi tanaman per minggu (dibuat grafik), jumlah daun per minggu (dibuat grafik), panjang akar terpanjang (dibuat histogram), berat basah dan berat kering brangkasan bagian atas (dibuat histogram), berat basah dan berat kering akar (dibuat histogram), serta pengamatan visual.
12.  Tanah hasil praktikum yang sudah dibongkar dibuang pada tempat yang telah disediakan agar tidak mengotori laboratorium.




















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

      Dari percobaan yang dilakukan  diperoleh data yang menunjukkan tinggi tanaman,jumlah daun,panjang akar terpanjang,berat basah akar,berat kering akar,berat basah tanaman bagian atas dan berat kering tanaman bagian atas pada setiap perlakuan. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan metode statistik, yang kemudian dibuat dalam bentuk grafik dan histogram. Data yang tersaji dalam bentuk grafik dan histogram adalah data rata-rata tanaman perparameter setiap perlakuan.

4.1 Tinggi Tanaman Pada Kacang Hijau dan Loncang
      Pada percobaan persaingan beda jenis antara kacang hijau dan loncang , tinggi tanaman loncang dominan pada semua perlakuan  yang terjadi. Kompetisi yang terjadi antara kacang hijau dan loncang, dimenangkan oleh tanaman loncang. Duduk daun tanaman loncang lebih tinggi dibandingkan dengan duduk daun tanaman kacang hijau,hal tersebut mendukung proses fotosintesis yang terjadi pada tanaman, optimalnya daun  dalam menangkap radiasi matahari menyebabkan  pengaruh pertumbuhan secara optimal pada  tanaman loncang sehingga pertumbuhan tanaman  loncang  lebih dominan  dibanding kacang hijau. Tanaman kacang hijau yang duduk daunnya lebih rendah  membuat kompetisi  memperebutkan cahaya dengan loncang yang tidak mampu bersaing sehingga tinggi tanaman kacang hijau lebih pendek dari tanaman loncang , sehingga dapat disimpulkan bahwa tanaman kacang hijau mengalami kekalahan bersaing.
      Pada perlakuan satu, tinggi tanaman setiap minggunya mengalami kenaikan dan dalam perlakuan ini tinggi tanaman loncang paling tinggi dari pada yang lain,daun berwarna hijau paling baik dari pada perlakuan lainya,diameter daun juga paling gemuk dari pada perlakuan lain,hal tersebut  terjadi karena  jumlah tanaman yang ditanam lebih sedikit, sehingga persaingan memperebutkan unsur hara, radiasi surya dan mineral lebih sedikit dibanding perlakuan dua dan tiga, hal tersebut mengakibatkan fotosintesis  dapat berjalan lebih optimal dibanding perlakuan dua dan tiga, pertumbuhan kedua tanaman  lebih tinggi dibanding perlakuan dua dan tiga. Meskipun tanaman kacang hijau pada percobaan satu tingginya lebih rendah dari  percobaan dua dan tiga namun tanaman ini mempunyai warna daun  yang lebih hijau daripada warna daun yang lain, hal ini menunjukkan  persaingan memperebutkan unsur hara, radiasi surya, dan mineral lebih sedikit dibanding perlakuan dua dan tiga, menyebabkan fotosintesis  dapat berjalan lebih optimal dibanding perlakuan dua dan tiga.
      Pada perlakuan dua, tanaman loncang  lebih tinggi daripada  tanaman perlakuan tiga dan pada  tanaman kacang hijau tanamannya lebih tinggi daripada percobaan satu kerena  jumlah populasi tanaman  yang lebih sedikit menyebabkan persaingan  memperebutkan unsur hara,air,cahaya lebih sedikit, karena tumbuhan masih mempunyai kemampuan untuk fotosintesis lebih tinggi, sehingga tanaman kacang hijau tidak perlu mencari cahaya dengan meninggikan tubuhnya menuju arah sinar matahari, akan tetapi warna daun tidak hijau seperti pada perlakuan satu.
      Pada perlakuan tiga, tinggi tanaman kacang hijau lebih tinggi daripada percobaan satu dan dua karena didalam percobaan tersebut tanaman  kekurangan  cahaya sehingga tanaman tersebut mencari cahaya dengan meninggikan tubuhnya menuju arah sinar matahari, akan tetapi warna daun tidak hijau seperti pada perlakuan satu hal itu juga dikarenakan kekurangan cahaya matahari. Tinggi loncang lebih rendah dibanding pada perlakuan satu dan dua, karena pada perlakuan tiga jumlah tanaman  semakin banyak dengan luas media tanam yang sama, mengakibatkan jarak tanaman yang rapat dengan ketersedian unsur hara yang terbatas  mengakibatkan kompetisi yang besar  dan menghambat pertumbuhan tanaman  kacang hijau dan loncang.

4.2 Jumlah Daun Kacang Hijau dan Loncang

      Bertambahnya jumlah daun merupakan indikasi bahwa tanaman tumbuh dan berkembang.Dalam jumlah daun tanaman loncang lebih mendominasi  dibanding tanaman kacang hijau , karena faktor fotosintesis  pada tanaman loncang lebih optimal dabanding kacang hijau , sehingga tanaman loncang memiliki jumlah daun yang lebih banyak  dibanding kacang hijau ,tanaman kacang hijau memiliki kekekaran yang kurang disebabkan  proses fotosintesis yang tidak optimal, kekekaran daun rendah sehingga  daun mudah mengalami kerontokan  dan gugur karena tua dengan sendirinya.
      Perbedaan jumlah daun menunjukkan pada ketiga perlakuan tersebut terjadi persaingan terhadap tanaman yang lainnya. Dengan adanya perbedaan pengaruh faktor pertumbuhan nutrisi dari faktor abiotik yang diterima berbeda-beda dan adanya persaingan antar tanaman pada satu media tanam.Ini berarti kebutuhan faktor pertumbuhan tanaman kurang terpenuhi sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

4.3 Panjang  Akar pada Kacang Hijau dan Loncang

      Dalam perlakuan satu dua dan tiga terjadi kompetisi, semakin banyak tanaman yang ditanam dalam media tanam tersebut maka kompetisi semakin besar, karena jaraknya semakin dekat  dan ketersediaan unsur hara dan air terbatas. Pada tanaman  yang tumbuh dalam keadaan kurang air  membentuk akar lebih banyak dengan hasil yang lebih rendah  dari tanaman yang tumbuh dalam  keadaan cukup air.
      Akar bertambah panjang karena berusaha mencari unsur hara dan mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Akar  akan tumbuh memanjang guna berusaha mencari nutrisi yang dibutuhkan tersebut tetapi pertambahan panjang akar ini hanya sebatas kemampuan masing-masing tanaman. Hal ini disebabkan karena untuk bertambah panjang akar memerlukan energi yang cukup.   

4.4 Berat Basah dan Berat Kering  Brangkasan Bagian Atas pada Tanaman Kacang Hijau dan Loncang
      Tanaman bagian atas pada perlakuan  pertama pada loncang memiliki BB dan BK teringgi dari perlakuan lain. Data tersebut menunjukkan bahwa faktor kompetisi sangat berpengaruh dalam tanaman. Pada  perlakuan satu nutrisi terpenuhi dengan cukup maka tanaman dapat tumbuh  secara maksimal. Berat basah yang besar menunjukkan tanaman tumbuh secara optimal. Warna daun yang hijau segar menunjukkan proses fotosintesis yang berjalan dengan baik.
       Berat basah dan berat kering  tanaman bagian atas  paling tinggi  yaitu perlakuan satu, dua kemudian tiga.Hal ini menunjukkan adanya faktor kompetisi yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.Semakin banyak tanaman yang ditanam disuatu polibag maka semakin tinggi pula kompetisi untuk memperebutkan nutrisi.  Semakin sedikit nutrisi yang didapatkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya maka tanaman tidak dapat tumbuh secara optimal.

4.5 Berat Basah dan Berat Kering Akar  Kacang Hijau dan Loncang
       Organ yang terlibat langsung dalam kompetisi unsur hara dan air terutama pada akar, sehingga gaya kompetitif tanaman akan ditentukan sifat akar, dalam penyerapan unsur hara dan air. Berat basah dan berat kering akar menunjukkan faktor  kompetisi berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan perkembangan akar. Terpenuhinya nutrisi mendukung pembentukan cabang akar baru sehingga cabang akarnya semakin banyak. Sistem perakaran pada perlakuan pertama  mengakibatkan tanaman dapat tumbuh optimum dan kokoh.
























BAB V
KESIMPULAN


      Terjadi kompetisi  antar tanaman untuk memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsur hara, air, sinar, udara dan  faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap tumbuhan untuk hidup dan pertumbuhannya.
      Kompetisi yang terjadi antara kacang hijau dan loncang, dimenangkan oleh tanaman loncang, karena duduk daun tanaman loncang lebih tinggi dibandingkan dengan duduk daun tanaman kacang hijau,hal tersebut mendukung proses fotosintesis yang terjadi pada tanaman, optimalnya daun  dalam menangkap radiasi matahari menyebabkan  pengaruh pertumbuhan secara optimal pada  tanaman loncang sehingga pertumbuhan tanaman  loncang  lebih dominan  dibanding kacang hijau.















DAFTAR PUSTAKA

·         Anonim. 2012. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian: Sulawesi Selatan (http://sulsel.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=143:budidaya-kacang-hijau&catid=48:panduanpetunjuk-teknis-leaflet&Itemid=232) Diunduh tanggal 9 Oktober 2014

·         Bisri, Chasan. 2010. Kacang Hijau. (http://chasanbisri.wordpress.com/2010/10/21/kacang-hijau/) Diunduh tanggal 10 Oktober 2014

·         Campbell, Neil A. 2002. Biology Jilid II. Erlangga: Jakarta

·         Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksada: Jakarta

·         Michael. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan Dan Laboratorium. UI Press: Jakarta

·         Naughton. 1998. Ekologi Umum (Edisi II). UGM Press: Yogyakarta

·         Nurainal, Leni. 2012. Taksonomi Kacang Hijau. (http://leniblogs.blogspot.com/2012/12/taksonomi-kacang-hijau.html)Diunduh tanggal 10 Oktober 2014

·         Paulus, Rocky. 2013. Morfologi Dan Fungsi Tanaman Kacang. (http://rockypaulus.blogspot.com/2013/10/morfologi-dan-fungsi-tanaman-kacang.html) Diunduh tanggal 10 Oktober 2014

·         Rismunandar. 1989. Membudidayakan 5 Jenis Bawang. Sinar Baru: Bandung

·         Rukmana, Rahmat. 1995. Bawang Daun. Kanisius: Yogyakarta

·         Setiana, Iis. 2012. Persaingan Antar Tanaman Berbeda Jenis. (http://mahasiswa49.blogspot.com/2012/11/landasan-teori-persaingan-merupakan.html)Diunduh tanggal 10 Oktober 2014

·         Suprapto H.S. & Tatang Sutarman. 1990. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya: Jakarta

·         Tjitrosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

·         Wurttemberg, H.B. 1994. Biology I. Cornelson Dpuck: Berlin

·         Bambang Guritno, Sitompul. 1995. Analisi Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar