BAB I
PENDAHULUAN
Budidaya tanaman buah - buahan dan sayuran
saat ini mendapatkan perhatian yang sangat intensif. Hal ini dikarenakan
kebutuhan masyarakat Indonesia terhdap
tanaman buah – buahan dan sayuran dalam kehidupan
sehari – hari sangatlah tinggi,
mengingat bahwa sayur dan buah adalah kebutuhan pokok sebagian
besar masyarakat Indonesai.
Dengan hal tersebut maka menjadi tugas yang besar bagi para petani
untuk dapat meningkatkan hasil produksi tanaman sayur dan buah - buahan , agar
kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Hal – hal yang dapat diakukan salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas
alat – alat produksi pertanian (alsintan) yang digunakan selama proses
budidaya tersebut berlangsung
sehinga dapat
mengefisiensi waktu, tenaga dan biaya yang dikeluarkan oleh petani,
serta dapat meningkatkan hasil produksi. Oleh karena itu, maka pengetahuan
tentang alat produksi pertanian (alsintan) perlu dilakukan, agar penggunaannya
dapat segera diterapkan dengan baik, sehingga tujuan peningkatan kualitas dan
kuantitas hasil panen dapat tercapai. Terutama pada pengemasan sayur dan buah –
buahan.
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengemasan
Pengemasan
berfungsi untuk melindungi atau mencegah komoditi dari kerusakan mekanis, menciptakan daya tarik bagi
konsumen dan memberikan nilai tambah produk serta memperpanjang daya simpan
produk, sehingga dalam pengemasan harus dilakukan dengan hati - hati agar
tehindar dari suhu dan kelembaban yang ekstrim (terlalu tinggi atau terlalu
rendah), goncangan, getaran, gesekan dan tekanan yang tinggi terhadap kemasan hasil pertanian
tersebut.
Pertimbangan yang perlu diperhatikan
dalam pengemasan adalah kemasan harus memberi perlindungan terhadap sifat mudah rusak dari hasil
pertanian yang menyangkut ukuran, bentuk kontruksi dan bahan yang dipakai. Kemasan harus cocok dengan kondisi pengankutan dan harus dapat diterima
oleh konsumen. Harga dan tipe / bentuk kemasan harus sesuai dengan nilai hasil pertanian
yang dikemas. Di Indonesia pengemasan hasil pertanian pada umumnya menggunakan
keranjang, karung, dus, karton dan plastik.
Tiga kategori
yang biasa dipergunakan dalam penentuan kemasan adalah :
Kemasan konsumen atau unit packaging (kemasan primer) yaitu kemasan yang digunakan membungkus yang
diterima langsung konsumen. Bahan kemasan yang biasa
digunakan kertas atau kantong plastik polyetilen (PE). Selain itu, juga dapat digunakan plastik film
PVC atau PE dalam sistem Modified
Atmosphere Packaging (MAP). Secara tradisional di Indonesia juga biasa
digunakan berbagai dedaunan segar atau kering untuk kemasan konsumen
ini.
Kemasan transportasi
(kemasan sekunder) yaitu kemasan yang digunakan
untuk menyatukan beberapa kemasan konsumen yang digunakan untuk melindungi dan
memudahkan dalam penanganan (handling). Biasanya kemasan ini
dipergunakan oleh pedagang retail berbentuk kotak - kotak tertutup dari
kayu, corrugated atau solid fibreboard dan
kantong plastik atau kertas dengan berbagai susunan dan bentuk.
Kemasan pengisi (kemasan
tersier), merupakan bagian dari kemasan yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya benturan antar sayur selama penanganan dan untuk menghindari
guncangan selama transportasi dan distribusi. Jenis bahan yang biasa digunakan sebagai
bahan pengisi, misalnya : potongan dedaunan kering, jerami, kertas serta bahan
khusus lainnya (stereofoam) dibuat dengan bentuk dan ukuran
disesuaikan dengan produk (Wiguna,2012).
2.2 Ciri buah-buahan dan sayuran Segar
Buah-buahan dan sayuran merupakan produk
pangan yang cepat rusak (perishable). Segera setelah dipetik atau dipanen,
buah-buahan dan sayuran masih melakukan aktivitas respirasi. Dalam sistem
tertutup akan terjadi penurunan kadar O2 peningkatkan kadar CO2,
akumulasi uap air, dan penumpukan panas, sehingga, perlu teknologi pengemasan
yang khusus. Peristiwa respirasi merupakan awal dari teknologi baru yaitu
penyimpanan dan pengemasan atmosfir termodifikasi atau Modified Atmosphere Packaging (MAP)
Dalam sistem pengemasan Produk-produk
hortikultura Map pasif berarti pemanfaatan gas-gas yang digunakan dan diproduksi
dalam proses respirasi, yaitu oksigen dan karbon-dioksida, sehingga diperoleh
kondisi atmosfir yang sesuai dalam sistem pengemasan menggunakan bahan pengemas
plastik tertentu. MAP aktif berarti menggantikan atmosfir di dalam kemasan
dengan kombinasi gas - gas sesuai kebutuhan.
2.3 Sejarah aplikasi MAP/CAP
Pada tahuan 1930 – 1940-an buah apel
segar dan pear disimpan dalam gudang tertutup rapat (kedap). Respirasi alamiah
dari buah-buahan tersebut menurunkan jumlah oksigen dan menaikkan jumlah
karbon-dioksida dalam gudang tersebut, sehingga respirasi melambat. Hasilnya,
buah apel dapat dikonsumsi sampai enam bulan kemudian setelah dipanen (yaitu sekitar
dua kali lebih lama jika disimpan pada suhu rendah).
Pada tahun limapuluhan ilmuwan-ilmuwan
dari Whirlpool Corporation mengembangkan metode untuk mengontrol atmosfir di
sekitar daging, buah-buahan dan sayuran pada penyimpanan suhu dingin. Konsep tersebut
disebut TECTROL (Total Environmental Control) dengan menerapkan pengunakan pembakaran
gas untuk mengurangi jumlah oksigen (tapi menghindari kehilangan oksigen total)
serta menggunakan bahan-bahan untuk mengurangi kelebihan karbon-dioksida. Sampai
pertengahan tahun enampuluhan, ratusan gudang-gudang penyimpanan apel dan pear
di seluruh dunia dilengkapi dengan sistemTECTROL dengan tujuan untuk
memperpanjang masas simpan buah-buahan tersebut. Kemudian sistem TECTROL
diaplikasikan pada sisten transportasi buah-buahan dan sayuran, sehingga lahir
sistem TECTROL – TRANSFRESH.
2.4 TECTROL – TRANSFRESH
Digunakan pelapis polietilen pada alat pengangkut
seperti truk atau gerbong kereta api untuk memerangkap gas dan mengontrol
komposisi gas. Kini sistem TECTROL – TRANSFRESH digunakan untuk mengirim
kemasan kemasan besar sayuran segar ke hotelhotel, restoran, dan pasar-pasar
ritel.
2.5 Pengemasan Vakum Untuk Buah – Buahan
dan Sayuran
Produk sayuran dan buah-buahan yang
cocok dikemas dengan kemas vakum adalah :
·
Sayuran potongan
Masa simpan 2 -3 kali lebih lama, 21
hari pada suhu rendah, dan 6 bulan pada suhu beku.
·
Aplikasi lain dari pengemasan vakum
untuk buah-buahan
Pisang yang dikemas dalam kantong
plastik yang divakumkan sekitar 300 mmHg dan disimpan pada suhu 17 0C
matang lebih lambat 4 – 6 minggu.
Bahan pengemas plastik yang digunakan pada
pengemasan vakum adalah laminat nilon-polietilen/aluminium foil, seperti PE daya
kelim dengan panas kuat ,transmisi uap air rendah dan Nylon memberi kekuatan barrier
terhadap O2 (Haryadi, 2007).
BAB 3
PEMBAHASAN
Pilihan map yang paling layak MAP aktif
lebih banyak dipilih dengan alasan kemampuan untuk mengatur kombinasi atmosfir
sebagai hasil respirasi alamiah terbatas. Metode map aktif :
1. Mengeluarkan
atmosfir dari kemasan.
2. Menggantikan
atmosfir yang dikeluarkan dengan campuran gas-gas yang diinginkan sesuai
kebutuhan.
3. Melakukan
penyesuaian komposisi dengan menambahkan bahan penyerap untuk menghindari
kelebihan gas-gas atau untuk menghilangkan gas yang tidak diinginkanseperti
etilen.
Peran MAP dalam pengepakan adalah ketika
semua bahan segar masih hidup dan harus melakukan pembakaran agar tetap hidup /
respirasi. Dalam respirasi terjadi oksidasi cadangan makanan dalam hal ini
umumnya gula untuk menghasilkan energi, CO2, dan air. Energi berfungsi
untuk melanjutkan proses kehidupan sedangkan CO2 dan air merupakan hasil buangan. Jika produk dikemas dalam
kantung plastik, respirasi akan mengurangi jumlah oksigen dalam kantung tersebut,
sementara karbon-dioksida akan meningkat. Dengan demikian tantangan dalam MAP
adalah mensinkronkan pengurangan oksigen dan produksi karbondioksida dengan
permeabilitas kemasan sehingga diperoleh kompossisi kedua gas yang bermanfaat
bagi bahan yang disimpan.
Kombinasi O2 : CO2
untuk setiap produk berbeda – beda.
Contoh : Perbandingan O2 : CO2
yang optimum
·
Brokoli
: 5
: 2
·
Asparagus : 10 : 10
·
Pear
: 2
: 2
Juga bergantung pada varietas, genotip,
lokasi, tingkat kematangan, dan faktor-faktor lain. Hal yang perlu diperhatikan
yaitu kombinasi O2 : CO2 yang diinginkan harus dicapai
dalam waktu kurang dari 2 hari, jangan sampai terjadi kelebihan CO2
(sebaiknya tidak lebih dari 10 %) karena dapat memicu metabolisme yang bersifat
fermentatif, dan Jangan sampai terjadi konsentrasi O2 yang terlalu
rendah (sebaiknya antara 3 – 5 %) karena dapat memicu respirasi anaerobik. Cara
menghindari kelebihan CO2 yaitu dengan bahan pengikat CO2
(Carbon dioxide absorber).
Hal – hal yang terjadi dengan penerapan
MAP yaitu Laju respirasi diperlambat, Produk dipaksa “TIDUR”, Masa simpan akan
lebih lama (menyamai jika produk disimpan pada suhu dingin seperti biasa), Peningkatan
kadar CO2 menurunkan sensitivitas produk terhadap etilen, Biosintesis dan mekanisme
kerja etilen dihambat, Mengurangi kerusakan karena aktivitas mikroorganisme, Menghambat
perubahan warna hijau menjadi kuning dengan menghambat degradasi klorofilm, Mempertahankan
mutu gizi (khususnya vitamin C dan Vitamin A) dan citarasa produk, Memerlambat
degradasi membran sel-sel, dan Mencegah perubahan warna bagian produk bekas potongan.
Kelemahan MAP yaitu mahal (dua kali
lipat pengemasan vakum), dari segi volume kemasan dua sampai tiga kali lebih
besar dari teknik pengemasan lain sehingga banyak mengambil tempat. Agar lebih
efektif, harus selalu dikombinasikan dengan penerapan suhu rendah.
Komoditi yang kurang cocok dengan sistem
map yaitu :
1. Wortel
Pada
konsentrasi 5-10 % O2 dan 2,5-6 % CO2 terserang kapang
dan terjadi pertunasan.
2. Terung
Pada konsentrasi 5-12 % CO2 menyebabkan
browning dan chilling injury.
Plastik yang banyak digunakan pada
umumnya, LDPE (low density polyethylene), PVC (poly vinyl chloride), PP (poly
propylene), PS (poly styrene), PVDC (polyvinylidene chloride), dan Poliester. Pertimbangan
dalam memilih jenis plastik yang digunakan dalam map adalah Permeabilitas
terhadap gas (gas barrier), Laju transmisi uap air (water vapour barrier), Sifat-sifat
fisik, Transparansi (kebeningan), Antifog/anti-mist (anti pengembunan), dan Daya
kelim. Dikembangkan jenis plastik baru yang dibuat khusus untuk MAP/CAP.
Teknologi proses pembuatan plastik untuk
map/cap :
1. Plastik
dengan Laju Transmisi Oksigen yang sesuai (rendah, medium, tinggi)
2.
Teknologi Metallocene untuk menghasilkan
plastik dengan laju transmisi oksigen tinggi, laju tyransmisi uap air rendah,
transparansi/kejernihan tinggi, lebih kuat, dan dapat dikelim pada suhu rendah
tapi memiliki daya kelim kuat
3.
Teknologi Microperforated and
Microporous Films, yang memungkinkan pertukaran/keseimbangan O2/CO2 yang lebih
cepat dari plastik biasa
4.
Teknologi Customizable Packaging
Materials plastik yang memungkinkan laju transmisi oksigen plastik meningkat
dengan meningkatnya suhu
5. Teknologi
Antifog, yang dapat mencegah terjadinya akumulasi uap air di bagian dalam
kemasan plastik
BAB IV
KESIMPULAN
Modified
Atmosphere Packaging (MAP) dalam pengepakan ketika semua bahan
segar masih hidup dan harus melakukan pembakaran agar tetap hidup / respirasi. Dalam
respirasi terjadi oksidasi cadangan makanan dalam hal ini umumnya gula untuk menghasilkan
energi, CO2, dan air. Energi berfungsi untuk melanjutkan proses
kehidupan sedangkan CO2 dan air merupakan hasil buangan. Jika produk dikemas dalam
kantung plastik, respirasi akan mengurangi jumlah oksigen dalam kantung tersebut,
sementara karbon-dioksida akan meningkat. MAP sangat berperan dalam mensinkronkan
pengurangan oksigen dan produksi karbondioksida dengan permeabilitas kemasan
sehingga diperoleh kompossisi kedua gas yang bermanfaat bagi bahan yang
disimpan.
DAFTAR
PUSTAKA
Haryadi, Yadi. 2007.
Pengemasan Buah Buahan dan Sayuran Segar. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Wiguna, Adid. 2015.
Pasca Panen Hasil Pertanian. :http:
// adidwiguna. blogspot. co. id / 2015 /
02 /pasca-panen-hasil-pertanian. html (Diunduh 24 Mei 2016.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar