TUGAS REVIEW JURNAL
KULTUR JARINGAN
Pengaruh Mutagen Etil Metan Sulfonat terhadap
Kapasitas Regenerasi Tunas Hibrida Phalaenopsis
In Vitro
Oleh :
Qosim, WA, Istifadah, N,
Djatnika, I, dan Yunitasari Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
Reviewer :
Mashfufatul Zulaikha (1410401031)
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2016
REVIEW JOURNAL KULTUR JARINGAN
Judul :Pengaruh Mutagen Etil Metan Sulfonat terhadap
Kapasitas Regenerasi Tunas Hibrida Phalaenopsis In Vitro
Volume :
22 NO- 4
Tahun : 2012
ISSN : 0853-7097
456/AU2/P2MI—LIPI/08/2012
Penulis
: Qosim, WA, Istifadah, N, Djatnika, I, dan Yunitasari, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Reviewer : Mashfufatul Zulaikha (1410401031)
1. Pendahuluan :
Anggrek
Phalaenopsis (anggrek bulan) merupakan salah satu genus anggrek yang memiliki
40-60 spesies. Jumlah varietasnya sekitar 140 jenis, 60 diantaranya terdapat di
Indonesia Anggrek Pholoenapsis menduduki ranking atas dalam perdagangan tanaman
angggek di indonesia (Vimanto 2010). Pemuliaan anggrek lebih difokuskan pada
perbaikan bentuk, warna, ukuran, dan panjang tangkai bunga serta ketahanan
terhadap hama dan penyakit. Salah satu penyakit yang merugikan anggrek ialah
penyakit busuk lunak. Usaha pemuliaan terhadap karakter ketahanan terhadap
penyakit busuk lunak tanaman anggrek hibrida Phalaenopsis dapat dilakukan
dengan induksi mutasi. Proses pembentukan mutan tanaman anggrek hibrida Phalaenopsis
dapat dilakukan relatif lebih cepat. Mutan yang terbentuk selanjutnya diseleksi
untuk mendapatkan tanaman yang diinginkan, apabila karakter tersebut memiliki
keragaman genetik luas. Oleh karena itu, pembentukan keragaman genetik karakter
ketahanan terhadap penyakit busuk lunak pada tanaman anggrek hibrida
Phalaenopsis dengan induksi mutasi sangat penting.
Mutasi
merupakan kegiatan pemuliaan yang bermanfaat untuk memperluas keragaman genetik
suatu tanaman dan dengan seleksi terarah diperoleh mutan yang diharapkan.
Mutasi terdiri dari mutasi alami dan buatan. Mutasi buatan (induksi) dapat
dilakukan menggunakan mutagen fisik maupun mutagen kimia Mutagen kimia yang sering
digunakan ialah etil metan sulfonat (EMS). EMS banyak digunakan untuk menginduksi
beberapa tanaman hias seperti kerk lily (Priyono &Agung 2002).
2.
Tujuan
:
Tujuan
penelitian ini mengetahui pengaruh mutagen EMS
terhadap perubahan genetik di antaranya kemampuan regenerasi pada kultur
in vitro dan mengetahui letal konsentrasi (LC) mutagen EMS pada anggrek hibrida
Phalaenopsis.
3.
Bahan
dan Metode :
Percobaan
dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran. Percobaan dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 -
Nopember 2010. Bahan – bahan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini
ialah jaringan meristem anggrek hibrida Phalaenopsis hasil persilangan Timothy
Christoper x Leopard Princess (KPO7), medium dasar MS (Murashige & Skoog
1962), 2 ml/l BA dan 1 ml/l NAA, alkohol 70 dan 95%, spirtus, akuades steril,
agar, gula pasir, dan mutagen EMS.
4.
Hasil
dan Pembahasan :
Kecepatan
tunas untuk berkembang menjadi daun membutuhkan waktu yang berbeda-beda
bergantung respons kultur terhadap lingkungan. Selama masa percobaan, jumlah
daun pada perlakuan 0,15% EMS lebih banyak daripada perlakuan lainnya. Hal ini
disebabkan karena pada perlakuan lainnya sampai pada masa pengamatan lebih banyak
menghasilkan tunas dan perkembangan tunas menjadi daun pada setiap planlet
membutuhan waktu yang berbeda. EMS merupakan senyawa alkil yang berpotensi
sebagai mutagen untuk tanaman tingkat tinggi dibandingkan dengan mutagen kimia
lainnya. EMS paling banyak digunakan karena mudah dibeli, murah harganya, dan tidak
bersifat mutagenik setelah terhidrolisis (Harten 1998). Peningkatan keragaman genetika
tanaman dengan induksi EMS telah berhasil dilakukan pada berbagai spesies
tanaman seperti tembakau, arabidpsis, kubis bunga, pisang, dan kenaf.
Penggunaan
EMS dapat menyebabkan terjadinya transisi basa Guanin-Citosin (GC) menjadi Adenin-Timin
(AT) (Harten 1998). Menurut Fisben et al. (1970), EMS adalah sejenis mutagen
kimiawi penyebab alkilasi yang efektif menginduksi mutasi berbagai jenis
organisme. Mutagen kimia dapat mendiamkan metilasi pada basa-basa nitrogen
dalam rantai nukleotida DNA tanaman. Pada konsentrasi EMS lebih dari 0,15% menunjukkan
eksplan yang tumbuh sangat sedikit untuk membentuk tunas. Hal ini membuktikan bahwa
pengaruh EMS dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkann letalitas/kematian.
Mutagen EMS dapat menyebabkan metilasi dalam rantai nukleotida Proses metilasi megakibatkan
basa-basa molekul DNA salah berpasangan selama replikasi. Dalam kondisi normal (G)
berpasangan dengan sitosin (C), apabila guanin mengalami metilasi akibat
mutagen EMS, maka terbentuk basa
abnormal, yaitu O-6-etilguanin. Enzim DNA polimerasi mengenali O-6-etilguanin
menjadi timin yang berpasangan dengan adenin.
Menurut
Harten ( 1998), pada sel yang aktif membelah diri pengaruh EMS dapat terjadi
pada tahap sintesis DNA, GI, G2 dan mitosis. Jika mutagen EMS mengenai sel pada
tahap G1 di mana kromatin DNA belum disintesis, maka sel mengalami duplikasi
dan terjadi pemotongan kromosom, sedangkan pada tahap G2 dimana kromatin DNA sudah
disintesis, maka satu kromosom terpotong. Tahap sintesis DNA dan G2 merupakan
target untuk perlakuan mutagen, karena pada tahap ini sel mengalami penggandaan
kromosom. Induksi mutasi menggunakan EMS yang menyebabkan terjadinya mutasi
pada DNA suatu tanaman memberi pengaruh morfologi pada tanaman tersebut.
Induksi menggunakan beberapa konsentrasi EMS merupakan salah satu cara untuk dapat
menghasilkan variabilitas genetik tanaman (Jabeen & Mirza 2004). Pada
tanaman hias, hal ini sangat menguntungkan karena yang diharapkan ialah menghasilkan
suatu bentuk morfologi tanaman yang berbeda dari temanya, sehingga diharapkan
dari hasil induksi diperoleh tanaman yang beranekaragam.
Berdasarkan
penelitian menunjukkan bahwa EMS terbukti dapat menghasilkan mutan antara lain
daun variegata pada Arabidopsis (Sakamoto et al. 2002). Frekuensi mutasi pada
pemuliaan umumnya meningkat dengan meningkatnya konsentrasi mutagen kimia,
meskipun survival dan kemampuan eksplan untuk beregenerasi menurun (Bhagwat
& Duncan 1998). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada konsentrasi rendah (<0,05%
EMS) terdapat regeneran di mana tunasnya muncul lebih cepat dibandingkan regeneran
kontrol. Harten (1998) menyatakan konsentrasi rendah dapat menstimulasi
perubahan fisiologi tanaman dan pada saat ini perlakuan dosis/konsentrasi
rendah banyak digunakan untuk peningkatan perkecambahan dan peningkatan hasil
tanaman.
5.
Kesimpulan
:
1.
Perlakuan induksi dengan mutagen EMS memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan meristem
anggrek hibrida Phalaenopsis dalam pembentukan
tunas.
2.
Beberapa regeneran mutan potensial yang berasal dari konsentrasi EMS (< 0,15
%).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar